New York (ANTARA) - Dolar turun tipis terhadap beberapa mata uang utama pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), terbebani oleh data klaim pengangguran AS yang sedikit lebih lemah dari perkiraan mengikuti angka inflasi hangat dan pesan dovish dari Federal Reserve pada sesi sebelumnya.
Pergerakan mata uang bergerak terbatas pada kisaran sempit karena liburan di Jepang dan China serta beberapa negara lainnya di Asia.
Di sektor mata uang kripto, bitcoin mencapai rekor lain 48.481,45 dolar AS, ketika terus bergerak menuju angka 50.000 dolar AS. Bitcoin terakhir naik 6,3 persen pada 47.685 dolar AS, menguat setelah berita bahwa BNY Mellon menjadi perusahaan terbaru yang merangkul mata uang kripto.
Data Kamis (11/2) menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran berjumlah 793.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 6 Februari, dibandingkan dengan 812.000 seminggu sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 757.000 aplikasi untuk periode tersebut.
"Laju perbaikan glasial pasar kerja membenarkan bias dovish Federal Reserve yang dapat membuat dolar rentan terhadap peningkatan kelemahan dalam jangka pendek," kata Joe Manimbo, analis pasar senior, di Western Union Business Solutions di Washington.
Laporan klaim pengangguran mengikuti data pada Rabu (10/2) yang menunjukkan inflasi inti AS bulan lalu adalah nol, terhadap ekspektasi pasar 0,2 persen.
Dalam perdagangan sore, euro naik sekitar 0,1 persen menjadi 1,2134 dolar. Perkiraan Komisi Eropa bahwa ekonomi zona euro akan pulih kurang dari perkiraan sebelumnya pada 2021 tidak memengaruhi mata uang.
"Ke depan, dolar akan menjadi lebih baik, terhadap euro," kata Ron Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics di Tampa, Florida.
“Potensi pemulihan ekonomi di Eropa terlihat sangat suram saat ini,” tambahnya.
Indeks dolar turun sedikit ke 90,393. Sejauh ini dolar berada di jalur penurunan mingguan terbesarnya sejak sekitar pertengahan Desember. Tetapi sebelum minggu ini, dolar telah naik lebih dari 2,0 dolar sejak Januari karena investor menutup short positions ekstrim pada mata uang tersebut.
Ketua Fed Jerome Powell menegaskan pada Rabu (10/2) bahwa kerangka kebijakan baru bank sentral dapat mengakomodasi inflasi tahunan di atas 2,0 persen untuk beberapa waktu sebelum menaikkan suku bunga, memperkuat ekspektasi pasar dari tren dolar yang lemah.
Beberapa analis mencatat bahwa dolar baru-baru ini menjadi lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga. Selama setahun terakhir, selera risiko menentukan arah dolar: naik sebagai tempat berlindung yang aman ketika ada tekanan politik dan keuangan, dan jatuh pada saat ekspansi global.
Itu mungkin berubah, kata analis HSBC.
“Ada alasan bagus untuk pemikiran ini, ketika prospek Fed menjadi lebih fokus daripada beberapa bulan lalu. Selain itu, ini bisa menjadi tanda peringatan dini bahwa tren turun dolar AS juga bisa mulai berakhir,” kata HSBC.
Mata uang komoditas seperti dolar Australia dan Selandia Baru juga menguat terhadap greenback. Dolar Australia - dipandang sebagai proksi likuid untuk selera risiko - naik 0,3 persen pada 0,7749 dolar AS, setelah mencapai tertinggi tiga minggu di awal sesi 0,7772 dolar AS. (*)