Jakarta (ANTARA) - Kapal Riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan lokasi diduga cockpit voice recorder dan ekor pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Kepala BBPPT Hammam Riza mengatakan Kapal Riset Baruna Jaya IV masih berada di area pencarian dan terus berupaya mencari alat perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) yang menjadi bagian dari kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tersebut.
"Pencarian CVR terus dilakukan menggunakan robot bawah laut yang biasa kita kenal dengan nama Remotely Operated Vehicle (ROV) sejak Rabu malam hingga Kamis dini hari pukul 02.00 WIB," kata Hammam dalam keterangan rilis yang diterima ANTARA, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tim SAR lanjutkan pencarian CVR kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182
Penurunan ROV dilengkapi dengan Ultra Short Baseline (USBL) yang dapat menunjukkan posisi koordinat sehingga lintasan ROV dan setiap potongan benda yang ditemukan di dasar laut juga dapat ditentukan posisinya.
Terkait hasil penyisiran ROV sampai dengan dini hari tadi, dalam radius 53 meter persegi, berhasil ditemukan 34 titik potongan pesawat, dengan potongan terjauh berjarak 53 meter dari titik alat rekam data penerbangan atau flight data recorder (FDR) ditemukan.
Baca juga: Cerita tim SAR TNI-AL temukan kotak hitam Sriwijaya Air
Dari hasil pemantauan oleh tim BPPT bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang berada di kapal Baruna Jaya (BJ) IV, Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Djoko Nugroho menuturkan dua dari 34 titik lokasi potongan Sriwijaya Air SJ-182, diduga merupakan bagian cockkpit pesawat.
"Melalui monitor ruang kendali ROV di kapal BJ IV, diduga bagian tersebut adalah throttle dan juga terdapat sebuah bagian besar yang diduga kuat merupakan ekor pesawat, dimana CVR dan FDR berada," kata Djoko.
Baca juga: Tim gabungan TNI AL bawa kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182 ke JICT
Data penemuan lokasi 34 titik dari potongan-potongan bagian pesawat tersebut, BPPT sudah berkoordinasi dengan KNKT, dan selanjutnya data 34 titik diteruskan kepada tim penyelam untuk melakukan penyisiran secara detail dalam radius 53 m.
"Menindaklanjuti data lokasi 34 potongan bagian pesawat tersebut, mulai tadi pagi sampai dengan siang ini pasukan dari TNI Angkatan Laut terus melakukan penyelaman, dengan memprioritaskan pada dua titik yang diduga bagian ekor dan cockpit pesawat," ujar Djoko
Djoko menuturkan keterlibatan Kapal Baruna Jaya saat menemukan kotak hitam pesawat Lion Air PK LQP di perairan Karawang pada tahun 2018, bahwa FDR dengan CVR ditemukan dengan jarak kurang lebih 80 meter.
Tim ahli perekayasa di Kapal Riset BJ IV membuat area penyisiran 200x200 meter persegi dan kemudian membuat kotak grid 20x20 meter persegi, di mana titik pusat dari area tersebut adalah koordinat ditemukannya FDR.
"Kami memulai penyisiran dari tengah. Dengan memulai dari kotak 20x20 meter persegi yang terdekat dengan posisi ditemukannya FDR, agar pencarian menggunakan ROV bisa lebih detail dan terukur. Tujuannya agar penyisiran berlangsung efektif dan tidak menyisir ke lokasi yang sama," tuturnya.