TNI Angkatan Laut mengerahkan tujuh kapal perang Republik Indonesia atau KRI untuk membantu kegiatan operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue/SAR) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJY 182 yang hilang kontak pada Sabtu.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono di Jakarta, Sabtu, mengatakan tujuh KRI yang dikerahkan untuk operasi SAR pesawat Sriwijaya Air itu dari jajaran Koarmada I dan Lantamal III.
Kapal perang yang digerakkan meliputi KRI Teluk Gili Manuk (onboard Tim Kopaska), KRI Kurau, KRI Parang, KRI Teluk Cirebon, KRI Tjiptadi, KRI Cucut -866, dan KRI Tengiri.
"Dan dua Sea Rider Kopaska serta dua kapal tunda, yakni TD Galunggung dan TD Malabar," kata Kadispenal.
"Dan dua Sea Rider Kopaska serta dua kapal tunda, yakni TD Galunggung dan TD Malabar," kata Kadispenal.
Selain itu, TNI AL juga menyiapkan Heli Nbell 412 EP HU 4205 di KRI Bontang yang posisinya bersandar dermaga JICT Jakarta dan siap mendukung operasi SAR pesawat Sriwijaya Air.
Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 take off dari Bandara Sukarno Hatta pada pukul 14.40 WIB dan dijadwalkan mendarat di Bandara Supadio Pontianak pukul 15.50 WIB.
Pesawat bernomor registrasi PK CLC jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Kementerian Perhubungan membenarkan bahwa Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor penerbangan SJY 182 hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB.
“Telah terjadi lost contact pesawat udara Sriwijaya rute Jakarta - Pontianak dengan call sign SJY 182. Terakhir terjadi kontak pada pukul 14.40 WIB,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto.
Novie mengatakan saat ini kasus itu tengah dalam investigasi dan tengah dikoordinasikan dengan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).