Surabaya (ANTARA) - Pemerhati politik dari Indo Publika, Asep Irama, menyoroti kinerja Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang pada Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2020 di Jawa Timur tidak banyak memenangkan pasangan yang diusungnya.
Menurut dia, kekalahan PKB pada Pilkada 2020 kali ini menunjukkan semakin dinamisnya preferensi pemilih dalam kontestasi politik.
"Pemilih tidak hanya menjadikan sentimen ideologis-relijius sebagai faktor paling dominan dalam menentukan pilihan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Selasa.
Persepsi bahwa PKB sebagai representasi atau saluran politik praktis kalangan Nahdliyyin, katanya, juga disebutnya mulai tidak berlaku.
"Masyarakat Jatim mulai menyadari bahwa banyak politikus potensial yang berasal dari Nahdliyyin justru bergabung dengan partai selain PKB," ucapnya.
Selain itu, lanjut Asep, lemahnya kaderisasi di internal PKB menjadi faktor paling dominan dalam kekalahan pilkada kali ini.
PKB dinilainya gagal mengorbitkan kader-kader potensialnya, seperti Pilkada Sumenep yang dua periode sebelumnya terus dimenangkan kader asli PKB.
Namun, kali ini PKB lebih memilih non-kader, yakni Fattah Jasin-Ali Fikri, dan sampai kini masih tertinggal di perolehan suara.
"Padahal, Jawa Timur sendiri adalah basis PKB. Hal tersebut tentu berpengaruh pada militansi kader. Mereka tidak akan begitu solid ketika rekomendasi partai jatuh pada non-kader," katanya.
Sementara itu, berdasarkan data hitung suara versi KPU tertanggal 14 Desember 2020 pukul 11:00 WIB, PKB hanya berhasil mengantarkan satu kadernya, yakni Ahmad Muhdlor (Gus Modlor) sebagai bupati terpilih Sidoarjo.
Sedangkan, dari non-kader, PKB sukses memenangkan Pilkada Kota Pasuruan yakni pasangan Saifullah Yusuf-Adi Wibowo, Pilkada Ngawi pasangan ony Anwar Harsono-Dwi Rianto Jatmiko dan Kabupaten Kediri, pasangan Hanindhito Himawan Pramana-Dewi Mariya Ulfa. Kedua pasangan terakhir menang melawan kotak kosong.
Wakil Ketua DPW PKB Jatim Musyafak Rouf enggan memberi penjelasan secara rinci, sebab PKB masih menunggu hasil akhir dari KPU.
Ia mencontohkan seperti Pilkada Gresik, yang calon petahana dari PKB bersaing alot dengan penantangnya.
"Belum ada sikap, kami tunggu KPU. Seperti di Gresik masih tarik -menarik perolehan suara. Jadi belum bisa mengatakan kalah," tuturnya beberapa waktu lalu.