Trenggalek (ANTARA) - Pemkab Trenggalek, Jawa Timur, kembali mengumumkan dua pasien terkonfirmasi positif baru setelah menerima hasil pemeriksaan swab sampel dahak dari Balitbangkes, Kemenkes, Jakarta.
Bertambahnya pasien corona ini disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Trenggalek, Mochamad Nur Arifin melalui video conference di Gedung Smart Center, Jumat.
"Satu pasien terkonfirmasi positif berasal dari Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari, laki-laki usia 43 tahun yang selanjutnya disebut dengan pasien 04," kata Nur Arifin menjelaskan.
Sedangkan pasien terkonfirmasi positif berikutnya berasal dari Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, berjenis kelamin perempuan, usia 50 tahun, yang selanjutnya disebut dengan pasien 05 Trenggalek.
Dijelaskan, pasien 04 Trenggalek mempunyai riwayat perjalanan pada 5 Mei 2020 menjalani rawat inap di rumah sakit di Tangerang dan dirawat di sana selama dua hari dengan gejala demam, muntah, dan diare.
Kemudian pada 9 Mei, yang bersangkutan bersama istrinya berangkat dari rumah sakit Tangerang ke Trenggalek dengan diantar ambulans rumah sakit tersebut.
Tanggal 10 Mei Pasien 04 tiba di Trenggalek langsung diturunkan di Puskesmas Gandusari, kemudian dari Puskesmas Gandusari dirujuk ke RSUD dr Soedomo Trenggalek dengan menggunakan ambulans dari RS Tangerang.
"Di IGD RSUD dr Soedomo pasien ini dilakukan rapid test hasil nonreaktif (negatif) dan di akukan rawat inap. Pada 11 Mei dilakukan swab test, dan pada 12 hasil swab keluar dan dinyatakan positif," paparnya.
Lanjut Arifin, dari pasien 04 ini ada 11 kontak erat yang diperiksa, istri, tiga anak, satu menantu, mbah, dan dua keponakan.
"Hasil rapid test semua kontak erat nonreaktif (negatif)," ujarnya.
Menyikapi kasus baru ini, Pemkab Trenggalek mengambil beberapa langkah penanganan dengan tetap merawat pasien 04 di ruang isolasi RSUD dr Soedomo agar bisa terpantau perkembangan penyakitnya.
"Selain itu kami juga menerapkan isolasi di rumah bagi OTG pasien 04. Menetapkan kawasan disiplin physical distancing di lokasi sekitar titik isolasi mandiri OTG di Sukorejo dan Gandusari karena pernah punya riwayat pindah ke Gandusari," katanya.
Sedangkan untuk istri, tiga anak, dan satu menantu akan diisolasi di Balai Diklat BKD Trenggalek, sementara untuk bapak, ibu pasien dan empat keponakan diisolasi di rumah namun belum dilakukan tes cepat.
"Kami juga melakukan tracing (pelacakan) terhadap kontak erat dengan pasien 04 dan menunjuk Camat Gandusari sebagai penghubung khusus, guna memantau kesehatan dan kebutuhan OTG pasien 04 serta bantuan sosial bagi KK yang terdampak penetapan zona 'physical distancing'. Serta melakukan disinfeksi berkala serta pembagian masker di sekitar kawasan physical distancing'," lanjut dia.
Sedangkan untuk pasien 05 dari Gembleb Pogalan sebelumnya bekerja sebagai baby sister atau pengasuh bayi di Kota Surabaya pada 9 Mei sekitar pukul 15.00 WIB datang dari Surabaya naik travel Dongko bersama satu orang teman dari Desa Gesikan, Pakel Tulungagung, yang bekerja serumah dengan pasien 05.
Kepulangan dari Surabaya pasien 05 ini berbekal hasil tes cepat nonreaktif (negatif) pada 5 Mei 2020.
Kemudian pada 10 Mei sekitar pukul 10.00 WIB pasien ke Puskesmas Ngulankulon namun tutup sehingga disarankan ke RSUD dr Soedomo Trenggalek.
"Pada 10 Mei itu di IGD RSUD dr Soedomo pasien 05 dilakukan rapid test dan hasil reaktif (positif). Sebelumnya pada 5 Mei 2020 hasil rapid test di Surabaya hasil nonreaktif (negatif)," katanya.
Pada 11 Mei pasien 05 ini dilakukan swab tes dan tanggal 12 hasilnye keluar, positif.
Dari pasien 05 ini, lanjut Arifin diperiksa ada tiga orang tanpa gejala (OTG), suami, satu anak dan ibu pasien 05. "Hasil rapid test nonreaktif semua (negatif)," katanya.
Selain keluarga ada sopir travel yang belum terlacak (grup travel dongko belum ada yang mengakui mengangkut pasien 05).
Sedangkan rekan kerja satu rumah di Surabaya sudah di tangani Dinkes Tulungagung hasil tes cepat nonreaktif (negatif)
Untuk selanjutnya menyikapi kasus pasien 05 ini, pemerintah mengambil beberapa langkah untuk pasien 05 tetap dirawat di rumah sakit dan dipantau perkembangan penyakitnya.
Pemkab Trenggalek kemudian menunjuk Camat Pogalan sebagai "penghubung khusus" guna memantau kesehatan dan kebutuhan OTG pasien 05 serta bantuan sosial bagi KK yang terdampak penetapan zona physical distancing.
Selain itu melakukan disinfeksi berkala serta pembagian masker di sekitar kawasan physical distancing.
"Belajar dari semua kasus positif yang terjadi di Trenggalek, pada dasarnya belum ada kluster penularan lokal di Kabupaten Trenggalek. Semua dipicu dari riwayat bepergian dari luar kota/ negeri," ujarnya.
Khusus pasien 05 ini, kata Bupati, meskipun sudah pernah dites cepat negatif ternyata begitu di swab tes hasilnya positif. "Ini menjadi pelajaran bagi gugus tugas, untuk lebih berhati-hati," kata Nur Arifin.
Berdasar pengalaman ini Bupati Trenggalek ini mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudik.
"Jangan meremehkan perjalanan dari daerah satu ke daerah lain," tutupnya.