Jakarta (ANTARA) - Lapangan hijau menjadi panggung tersendiri bagi para seni mengolah si kulit bundar melesat melalui setiap sisi hingga pojok lapangan. Peluit panjang berbunyi menjadi penanda pertarungan dua tim sepak bola dan juga tanda dari akhir pertandingan, di mana satu tim terdongak bangga dan sisi satunya harus tertunduk menelan kekalahan.
Tidak jarang hasil akhir menjadi sama kuat. Dari 11 atlet yang bermain, satu dua individu mampu tampil sebagai pembeda. Hasil kekuatan olah kaki, ketepatan dalam melesatkan bola, hingga kelincahan kaki dalam menggocek pemain menjadi hal yang harus dimiliki pemain pembeda tersebut.
Bagi penggemar sepak bola, siapa yang tidak kenal David Beckham, anak muda kelahiran London, Inggris, yang mampu tampil sebagai atlet dan bahkan ketenarannya mampu mengalahkan artis Hollywood.
Beckham salah satu jenis pemain yang mampu menempatkan bola sesuai dengan yang ia harapkan, baik dalam memberi umpan maupun tendangan bebas. Generasi 90-an pasti akan mengenali bintang Manchester United (MU) tersebut.
Melaju ke tahun 2020, Manchester United memiliki bintang baru lagi yakni Paul Pogba. Anak hilang yang sempat hijrah ke klub besar Italia tersebut kembali ke Manchaster United menempati posisi yang sama dari seniornya, David Beckham.
Kelincahannya mampu memberikan banyak prestasi bagi individu dan klub yang dibelanya. Namun, kesuksesan bintang-bintang bola liga dunia tersebut ada andil besar dari pemuda Indonesia.
Rudi Swasto, adalah pemegang peran kesuksesan sejumlah bintang dunia. Keakuratan tendangan, kemolekan dribble bola, kecepatan lari, hingga hentakan lesatan bola yang kuat, sangat bergantung dari jenis sepatu yang dipakai.
Rudi, hadir dalam kesempatan tersebut sebagai arsitek desainer sepatu atlet internasional yang memberikan kekuatan-kekuatan di lapangan hijau menjadi lebih maksimal, mengingat sepatu adalah senjata utama bagi para bintang lapangan.
Layaknya jenis senjata yang dipilih oleh para gladiator, sepatu bola memberikan efek maksimal bagi kekuatan bakat dan kerja keras yang dimiliki seorang pemain.
Sekuat apapun kaki, apabila tidak ditunjang dengan jenis sepatu yang tepat, tidak akan menghasilkan "tendangan pisang" ala Beckham maupun lesatan bola secepat jet tempur seperti khas milik Dani Alves, pemain full back kanan yang besar di raksasa Barcelona.
“Saya kecemplung saja secara kebetulan dapat mendesain sepatu milik para mega bintang bola dunia, kebetulan saya dikontrak oleh salah satu perusahaan sepatu asal Jerman sebagai desainernya,” kata pemuda asal Klaten, Jawa Tengah tersebut.
Raksasa sepatu tersebut adalah Adidas, yang merancang sepatu terbaik sesuai dengan karakter kaki pemain. Bukan hanya Beckham hingga Pogba, Rudi menyebutkan hasil olahan karya desain 3D-nya untuk sang pemain bahkan seperti bermain gim sepak bola saja.
Sebut saja David Beckam, Paul Pogba, David Silva, Mesut Ozil, Van Persie, Dani Alves, hingga Zinedine Zidane, adalah beberapa bintang dunia di mana kaki mereka di lapangan memiliki sentuhan karya Rudi yang dituangkan dalam sepatu untuk memaksimalkan kekuatan.
“Khusus Van Persie, dia pernah pesan langsung dengan kebutuhannya sendiri melalui tim teknisnya. Van Persie menginginkan pool sepatunya lebih panjang dari yang lain, agar cengkeraman di tanah lebih kuat dan tidak mudah jatuh,” kata Rudi sembari menunjukkan alas sol sepatu yang pernah digunakan Van Persie.
Untuk Beckam dan Zidane, Rudi menjelaskan, ia membuat sepatu mereka justru ketika mereka telah pensiun sebagai pemain, namun sang pemain masih menggunakan Adidas untuk sekedar berlatih di lapangan.
Rudi bekerja di salah satu pabrik komponen sepatu olah raga. Ia menjadi senior desainer untuk konsep-konsep sepatu bola. Untuk mengerjakan satu pesanan pemain bintang, ia membutuhkan waktu hingga enam bulan hanya untuk memperhitungkan konsep, kekuatan, aerodinamis, berat beban, hingga bahan yang tepat untuk digunakan pemain.
Sehingga total dari sol alas bawah hingga selesai bentuk sepatu penuh memakan waktu hingga satu tahun untuk merancang bentuk desain 3D sesuai dengan karakter dan kebutuhan pemain.
Seperti insinyur sipil, Rudi harus memperhitungkan berat beban pemain, kekuatan cengkeraman dalam tanah, jenis pertandingan rumput dan tanah lapang, kemampuan menerima tekanan, ergonomis, aerodinamis, kenyamanan di kaki hingga estetika visual sepatu bagi pemain.
Selain itu, pemilihan bahan juga menjadi dasar yang penting untuk melihat kelenturan sepatu dan harga produksi yang terbaik bagi pasar bisnis sepatu dunia khususnya, Adidas.
“Sepatu yang paling sulit saya kerjakan, adalah desain untuk Paul Pogba, sebab karakter pemain ini unik dalam bermain bola,” kata Rudi. Kesulitan yang ia maksud adalah sepatu tersebut harus mampu menunjang kemampuan dari Pogba.
Secara desain dan teknis, kemampuan sepatu yang dimiliki Pogba adalah karakter yang lentur, untuk memaksimalkan kemampuan mengolah bola, passing, shot dan juga daya tahan atau stamina.
Sedikit kesalahan dalam perhitungan gambar awal, walaupun hitungan milimeter maka akan mengurangi kecepatan dan daya tahan pemain dalam bertanding.
“Ada juga sepatu yang saat itu dirancang untuk pemain yang full bermain 90 menit. Berarti sepatu tersebut harus berbahan ringan, namun memiliki kelenturan ujung kaki yang lebih serta cengkeraman pool yang tidak terlalu panjang, sepatu itu milik Dani Alves,” kata lulusan STM tersebut.
Untuk memberikan hasil maksimal dalam desain sepatu, pihak Adidas selalu mengundang Rudi untuk hadir langsung ke Jerman dalam proses perencanaan dan finalisasi. Tidak jarang, pemain melalui tim teknisnya, terlibat langsung untuk melakukan test drive sepatu ataupun sekadar menambahkan corak signature.
Posisi Rudi di sini seperti konsultan yang memberikan masukan, atas penambahan atau pengurangan bentuk prototipe yang telah dibuat. Adidas tak jarang meminta perubahan atas penyesuaian terhadap kebutuhan pemain dan pasar.
“Kadang saya jelaskan bahwa bahan model teknis yang diinginkan pemain, ternyata memiliki ongkos produksi tinggi di bahan dasarnya, sehingga harus mencari model alternatif agar tidak mengurangi kualitas,” katanya.
Ia menegaskan sebenarnya semua sepatu sepak bola bintang dunia di produksi di Indonesia, mulai dari proses perencanaan desain hingga penjahitan, hanya saja sistem pasar membuat sepatu tersebut memiliki harga yang tinggi.
“Jika saja ada satu teknologi dalam proses pembuatan sepatu dimiliki Indonesia, maka kualitas dan kekuatan brand sepatu lokal Indonesia akan mengalahkan merk-merk dunia lainnya,” katanya.
Karena alasan profesionalisme, Rudi tidak dapat membicarakan mengenai teknologi tersebut, yang jelas faktor sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan dalam memaksimalkan kualitas sepatu. (*)