Surabaya (ANTARA) - Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur Prof Dr H Nursalam mengemukakan salah satu perawat di Rumah Sakit Siloam Surabaya berinisial HY meninggal dunia pada Kamis pagi, dengan status pasien dalam pengawasan atau PDP virus corona (COVID-19).
"Saya mendapat data yang belum resmi, beliau ini koordinator yang mungkin tidak langsung berhubungan dengan pasien. Pada hari Minggu (5/4), beliau mengeluhkan demam dan periksa di IGD (Instalasi Gawat Darurat), kemudian dirawat dengan status PDP COVID-19," kata Nursalam dikonfirmasi wartawan di Surabaya, Kamis malam.
Pria yang juga dosen Universitas Airlangga Surabaya ini mengatakan, pada Jumat (10/4), HY dipindah ke ruang isolasi khusus, lalu pada Senin (13/4) dipindah ke ruang nonventilator karena hasil pemeriksaan darahnya bagus.
"Terakhir, hari Selasa (14/4), beliau diinkubasi untuk dipasang ventilator. Data ini masih belum resmi, perlu saya konfirmasi ke Dewan Pengurus Komisariat Siloam. Jadi, terakhir status PDP, tapi kondisinya memburuk," ujarnya.
Atas kejadian tersebut, Nursalam meminta pemerintah bersedia memberikan pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test atau swab pada setiap perawat, baik mereka yang merawat pasien maupun yang bertugas secara administratif.
"Perawat itu bukan hanya merawat pasien, bisa jadi dia terpapar saat registrasi pasien atau saat memberikan penyuluhan. Saat tidak merawat pasien biasanya APD (alat pelindung diri) tidak lengkap," ujarnya.
Nursalam juga berharap perawat dapat diedukasi untuk memakai APD berstandar, minimal masker yang digunakan adalah masker N95. Selama ini, lanjutnya, perawat minim memakai APD, padahal perawat juga tidak tahu pasien yang ditemui positif corona atau tidak.
"Hal ini yang terjadi juga saat pelatihan petugas kesehatan haji Indonesia di Asrama Haji Surabaya yang biasanya juga dihadiri perawat. Dari pertemuan itu, ada sekitar 50 persen perawat ada di antara peserta dari 19 kota/kabupaten," katanya.
Setelah pelatihan, hampir 50 persen dari peserta ditemukan positif terinfeksi virus corona dari salah satu pemateri yang belakangan ternyata sudah terpapar. Sebagian dari peserta yang terinfeksi itu menjalani perawatan dan isolasi, serta ada yang meninggal dunia.
"Sejauh ini dinkes memang sudah berkoordinasi, tapi harus ditindaklanjuti agar tracing-nya jelas," tutur Nursalam.