Kediri (ANTARA) - Perhelatan peragaan busana Dhoho Street Fashion (DSF) Kediri, Jawa Timur, dominan memanfaatkan tenun ikat yang merupakan kain tradisional khas dari Kota Kediri.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengemukakan tenun ikat merupakan karya yang sangat berharga dari Kota Kediri, bahkan ada SK Wali Kota untuk penggunaan bahan kain itu sebagai seragam kerja demi menjaga eksisteni tenun ikat.
"Kalau saya memunculkan SK Wali Kota penggunaan tenun ikat ini untuk menjaga pasar tenun itu ada terus. Kan meningkat, pesanan banyak," katanya dalam acara temu wartawan persiapan Dhoho Street Fashion (DSF) Kediri di Hutan Joyoboyo Kediri, Jawa Timur, Rabu.
Abu Bakar menyatakan sangat mendukung industri, termasuk UMKM tumbuh di Kota Kediri. Pemkot Kediri melakukan intervensi demi menghidupkan perekonomian di Kota Kediri.
Selain mendorong agar usaha tenun ikat terus bergerak, pemkot juga membuat beragam kegiatan yang mendorong industri kreatif muncul, seperti festival musik jazz, sepeda malam Kediri Night Ride, dan beragam kegiatan lainnya.
Di Kediri, kata dia, sektor industri sudah berpengaruh besar hingga 70 persen. Untuk itu, agar maksimal mendorong usaha kreatif masyarakat, sehingga roda perekonomian di Kota Kediri terus bergerak.
Pergelaran Dhoho Street Fashion (DSF) Kediri sudah memasuki tahun kelima. Pada pentas yang akan digelar Kamis (5/12) di Hutan Joyoboyo Kediri mengambil tema Pride of Jayabaya.
DSF merupakan upaya dari Dekranasda Kota Kediri untuk mempromosikan tenun ikat ke kancah nasional bahkan internasional. Kegiatan ini juga melibatkan sejumlah desainer termasuk desainer lokal dan nasional.
Penggunaan tenun ikat diharapkan bisa semakin banyak, sehingga produksi para perajin tenun di Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri juga semakin banyak. Dengan itu, nilai dari produk juga semakin tinggi.
Pada pergelaran ini, perancang busana yang dilibatkan antara lain Priyo Oktaviano yang mengeluarkan 24 outfit, Didiet Maulana dengan 24 outfit, Samira M Bafagih dengan 12 outfit.
Selain itu, desainer lokal Kediri yang juga dilibatkan antara lain dari pelajar SMK Negeri 3 Kediri yang menampilkan empat outfit, dari Numansa empat outfit, Azzkasim dengan lima outfit, dan Luxecesar dengan empat outfit.
Desainer Priyo Oktaviano mengaku dirinya ingin memberikan sebuah virus baik untuk anak muda agar berani berpakaian dengan motif tenun lokal Kediri.
"Saya mencoba memberikan satu influence untuk anak muda Kota Kediri agar berani berpakaian dengan motif tenun lokal Kediri yang bia di mix and match, sehingga casual, fun, young, and modern looks, yang tidak meninggalkan khasanah budaya lokal," kata Priyo.