Kediri (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri, Jawa Timur, menganggarkan sekitar Rp300 juta untuk membantu penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) di kota tersebut.
"Anggarannya Rp300 juta pada 2022 ini untuk mendukung penanganan PMK di Kediri. Peruntukannya obat, operasional," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri Moh. Ridwan di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan dalam pemanfaatan anggaran itu juga melihat kebutuhan. Pihaknya juga tidak ingin tumpang tindih dalam pemanfaatan anggaran, misalnya untuk vaksin sudah dialokasikan pusat, sehingga di daerah tidak ada anggaran untuk vaksin.
"PMK in kan agak rumit, ada yang dari pusat, provinsi dan dari kami juga. Jadi, kami menghindari tumpang tindih," kata dia.
Ridwan juga mengatakan saat ini belum bisa memanfaatkan secara optimal anggaran tersebut. Namun, kebutuhan beberapa obat dan vitamin untuk ternak dalam penanganan PMK sudah ada stok.
"Untuk obat masih cukup. Anggaran itu juga kami perkirakan cukup hingga akhir tahun," kata dia.
Sementara itu, jumlah ternak di Kota Kediri yang terkena PMK seluruhnya sekitar 312 ekor. Namun, dari jumlah itu, sekitar 70 persen sudah berhasil sembuh. Untuk jumlah sapi dan kerbau di Kota Kediri sekitar 4.000 ekor.
Pihaknya juga sudah menerima 500 dosis vaksin PMK di tahap dua. Sebelumnya, Kota Kediri juga telah menerima 500 dosis vaksin PMK. Pemberian vaksin PMK dosis dua itu untuk ternak yang belum pernah divaksin, sehingga harapannya semakin banyak ternak yang kebal terhadap serangan PMK tersebut.
Pada vaksinasi PMK tahap dua ini, DKPP Kota Kediri telah menyiapkan tim medis sebanyak delapan orang yang terdiri dari enam dokter hewan dan dua paramedik. Rata-rata tim medis bisa menyuntikkan 100 dosis vaksin per hari untuk ternak.
Selain diberi vaksin PMK, ternak yang telah diberi vaksin juga diberi eartag. Di dalam eartag itu ada barcode sehingga menjadi penanda sapi sudah divaksin atau belum. Hal itu juga memberikan kepastian terkait dengan kondisi ternak jika nantinya akan dikirim ke luar kota.
"Ada sedikit perbedaan dari vaksinasi tahap pertama dan tahap dua ini. Pada tahap dua kami lakukan penandaan atau eartag pada sapi-sapi yang telah divaksin. Harapannya ke depan seluruh ternak ada eartag, supaya aman dari PMK," kata dia.