Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, kembali mengukuhkan dua guru besar (profesor), masing-masing di bidang Ilmu Entimologi dan Ekologi serta Ilmu Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air, yang dilangsungkan di Gedung Widyaloka kampus setempat, Rabu.
Prof Amin Setyo Leksono dikukuhkan sebagai guru besar Bidang Ilmu Entimologi dan Ekologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), menjadi guru besar ke-20 di Fakultas MIPA atau ke-251 di UB. Sedangkan Prof Dr Pitojo Tri Juwono dikukuhkan sebagai profesor dalam Bidang Manajemen dan Rekayasa Sumber Daya Air Fakultas Teknik (FT). Ia merupakan Profesor ke-14 di FT dan ke-252 di UB.
Baca juga: Universitas Brawijaya miliki dua guru besar baru
Dalam pidato ilmiah yang mengambil tema Peran Komunitas Arthropoda dalam Pengelolaan Agroekosistem dengan Pemberdayaan Potensi Lokal, Prof Amin Setyo Leksono mengatakan peran komunitas Arthropoda, khususnya di agroekosistem untuk mengendalikan hama.
Arthropoda merupakan komponen biologi yang memiliki peran penting dalam agroekosistem. Dari beragam peranan Arthropoda pada agroekosistem, beberapa peran penting tersebut meliputi musuh alami hama, peran sebagai penyerbuk, pengurai dan bioindikator.
Untuk meningkatkan peran Arthropoda Prof Amin melakukan inovasi kombinasi rekayasa habitat dan pupuk pestisida hayati cair menggunakan potensi lokal. Rakayasa habitat dilakukan dengan menanam jenis tumbuhan refugia yang sebagian merupakan tumbuhan liar, seperti babandotan, kenikir, marigold, bawangan, serta tumbuhan budi daya, seperti kacang panjang, gambas, cabai, dan tomat.
Baca juga: Universitas Brawijaya Malang tambah lagi dua profesor
Tumbuhan refugia ini ditanam di tepi kebun atau di pematang sawah. Rekayasa habitat yang dilakukan di pematang sawah berupa ajir tunggal dan ajir ganda. Selain melakukan rekayasa habitat, Prof Amin juga melakukan inovasi dengan membuat pupuk pestisida hayati cair dengan bahan alami lokal, seperti empon-empon, gadung, buah maja, dicampur dengan air cucian beras, air kelapa, gula, dan terasi.
Hasil inovasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan kelimpahan dan keragaman Arthropoda sebagai musuh alami hama, meningkatkan kualitas tanah dan kualitas produk lahan budi daya. Desain rakayasa habitat dengan ajir tunggal disukai oleh kumbang kubah, kupu-kupu dan capung, sedangkan desain ganda disukai semut, kumbang kubah dan laba-laba.
"Adanya ajir ganda menyebabkan laba-laba mudah membuat jaring untuk menangkap mangsa," ucapnya.
Baca juga: Universitas Brawijaya Tambah Dua Guru Besar
Sementara itu Prof Dr Pitojo Tri Juwono dalam pidato ilmiahnya mengambil tema "Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara di Kaltim, Bagaimana dengan Daya Dukung Air Bakunya?"
"Rencana pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur merupakan langkah besar dan strategis yang akan menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa kita. Rencana ini dilakukan untuk tujuan fundamental dan positif terhadap aspek pemerataan dan percepatan kemajuan pembangunan negara kita," tuturnya.
Rencana pemindahan ibukota akan melibatkan pemindahan penduduk sekitar 800.000 ASN akan berpindah dari Jakarta ke Kaltim, penyiapan area lokasi induk seluas 40.000 hektare dengan luas lahan pengembangan 180.000 hektare, pembangunan sarana dan prasarana dengan kebutuhan biaya yang cukup besar.
Kesuksesan dan keberlangsungan terhadap rencana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur tidak bisa dilepaskan, salah satunya dengan daya dukung sumber daya air yang mencukupi secara kuantitas dan kualitas sebagai fungsi dari waktu, karena air baku merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Sebab, kata Pitojo, hal ini berimplikasi pada upaya layanan air baku yang memenuhi kebutuhan dari sisi ketersediaan secara kuantitas dan kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan. Air permukaan menjadi pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan air baku untuk menopang semua rencana kegiatan pusat pemerintahan dengan pendukungnya (permukiman, kawasan pendidikan, pusat penelitian dan perdagangan-jasa).
"Manajemen dan rekayasa sumber daya air yang komprehensif ini diharapkan mampu menjawab tantangan ke depan, yaitu ketersediaan air baku yang relatif tetap, bahkan terancam menurun kualitasnya. Namun, berbanding terbalik dengan laju permintaan yang terus meningkat. Perlu keseimbangan neraca air antara ketersediaan dan kebutuan air baku kawasan rencana ibukota negara di Kalimantan Timur," paparnya.
Universitas Brawijaya kukuhkan dua guru besar
Rabu, 13 November 2019 19:29 WIB