Surabaya (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr Nurhasan menyatakan materi hasil penelitian dari sembilan guru besar yang baru dikukuhkan bisa dijadikan referensi sebagai penunjang pembelajaran baik sekolah, kampus bahkan kalangan profesional pada organisasi di masing-masing bidang.
"Contohnya yang di olahraga, terutama untuk kawan-kawan di mitra kami Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur, hal itu bisa diimplementasikan agar lebih kuat, lebih disiplin dan lebih dikongkretkan lagi," ucap Prof Nurhasan saat ditemui ANTARA, setelah pengukuhan guru besar Unesa di Gedung Sawunggaling, Surabaya, Selasa.
Cak Hasan, sapaan akrabnya, menjelaskan terkait hal tersebut memang dibutuhkan komitmen tinggi dari seluruh pihak, baik akademisi, organisasi olahraga, pengurus KONI, pelatih hingga para atlet untuk dapat terus konsisten dalam meningkatkan prestasi.
"Itu harus ada komitmen dan konsistensi semua pihak dengan koordinasi yang dapat membicarakan bagaimana prestasi atlet-atlet Jatim di PON berikutnya," katanya.
Selain itu, dalam implementasinya, kata dia, tidak boleh setengah-setengah dan harus sesuai dengan skema yang sudah ditetapkan sesuai dengan hasil penelitian dan pelaksanaan di lapangan.
"Tinggal menerapkan jalannya, KONI dengan kompetensi yang dimiliki dengan Universitas Negeri Surabaya. Dan tidak boleh lagi tanggung, harus fokus serta konsentrasi untuk itu by design semuanya, tidak boleh by incident," ucapnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan sekaligus guru besar baru Unesa Prof Dr Dwi Cahyo Kartiko mengatakan berdasarkan hasil penelitiannya berjudul "Revitalisasi Pedagogi Dan Eskalasi Kompetensi Bola Basket: Integrasi Functional Strength Training Atlet Muda", betapa pentingnya latihan dasar bagi pemula untuk menuju jenjang profesional.
"Jadi di dalam Functional Strength Training itu ada tiga metode yakni Amrap (As Many Rounds As Possible), Emom (Every Minute on the Minute) dan For Time. Tiga hal itu yang harus dilakukan untuk atlet pemula di bidang bola basket," katanya.
Selain itu, lanjutnya, juga ada daily training, jadi latihan tiap hari untuk kemudian menghadapi preseason dan pertandingan resminya.
"Saya disini juga memakai polar heart rate monitors, yang diimbangi juga dengan temperatur monitor serta motion sensors, yang akan membantu memastikan pemain mencapai zona intensitas yang diinginkan. Data realtime memungkinkan pelatih menilai apakah pemain mampu mempertahankan daya tahan optimal selama sesi AMRAP," ujarnya.
Dirinya berharap, dengan hasil penelitian tersebut mampu mengangkat bola basket dan atletnya ke tingkat yang lebih tinggi di panggung internasional, karena pembelajaran seperti halnya bola basket adalah tentang jatuh, bangkit, dan terus berproses menuju kesuksesan.
Rektor: Penelitian guru besar baru Unesa jadi referensi profesional
Selasa, 29 Oktober 2024 16:42 WIB
hal itu bisa diimplementasikan agar lebih kuat