Tulungagung (ANTARA) - Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengajak seluruh jaringan santri pondok pesantren untuk memerangi paham radikal keagamaan karena dianggap bisa memecah persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
"Seperti aliran ISIS dan sel-sel radikal lain yang kerap menebar aksi teror dan rasa takut. Kita harus lawan bersama, tidak ada tempat untuk teroris di negeri ini," kata Bupati Maryoto Birowo dalam pidato sambutannya memperingati Hari Santri di pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Tulungagung, Selasa (15/10) malam.
Maryoto tidak secara langsung menyebut insiden penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh sepasang pelaku teror yang disinyalir berafiliasi dengan kelompok teroris JAD, beberapa waktu lalu.
Namun, ia tegas memberi contoh ISIS berikut sel jaringannya yang diyakini telah masuk dan memapar kayakinan sebagian umat Islam, sehingga berubah berhaluan keras.
Tak hanya isu radikalisme, Bupati Maryoto juga mengajak para santri dan Nahdliyin untuk memerangi segala bentuk kemungkaran, termasuk narkoba.
"Santri dan ulama merupakan benteng dalam mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia," katanya.
Peringatan Hari Santri di pendopo Kabupaten Tulungagung itu menjadi menarik berkat kehadiran Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj.
Acara yang berlangsung mulai pukul 19.00 WIB hingga malam itu ramai diikuti ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di wilayah Tulungagung maupun beberapa daerah lain sekitarnya.
Kesempatan itu digunakan Said Aqil Siroj untuk menyemangati para santri yang hadir dan tersebar di berbagai daerah untuk bersatu dan bergerak bersama memperjuangkan "amar makruf nahi munkar".
Menurutnya, santri harus berani mengatakan dan menyatakan kebenaran. "Kita Nahdlatul Ulama harus siap menghadapi kebenaran. Jika menghadapi kesalahan, kebohongan, maupun tidak kebenaran kita harus berani menyatakan sikap tidak kepada kebatilan," ujar Said Aqil Siroj.
Warga NU sudah sewajarnya menghormati Imam Syafi’i, ulama besar yang berjasa dalam menggabungkan antara Alquran, hadits dan akal pikiran.
Menurutnya, untuk memahami kalam Allah tak cukup hanya dengan paham Alquran saja, namun harus menggabungkan ketiganya.
"Kalau ingin paham syariat Islam yang benar maka harus paham Alquran, dan disertai hadits dan akal pikiran," katanya.
Membela negara ini, kata Said Aqil Siroj merupakan kewajiban seluruh warga negara.
Karenanya, warga diminta saling menghormati perbedaan, keberagaman, toleran, menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak boleh ada permusuhan kecuali kepada teroris, bandar narkoba, pemerkosa, perampok dan pembunuh.
“Kami harus menjaga hubungan baik dengan masyarakat, suku, agama, ras, adat istiadat semuanya adalah saudara, akhlak mulia harus dimiliki yang di pegang oleh aulia dan wali. Inilah islam nusantara gabungan agama dan budaya," kata dia.