Banyuwangi (ANTARA) - Agenda wisata Banyuwangi Festival berhasil menyabet penghargaan TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yang penyerahan penghargaannya berlangsung di Istana Wakil Presiden di Jakarta, Selasa.
Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, Selasa, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat karena inovasi di sektor pariwisata yang digulirkan oleh Banyuwangi terpilih TOP 45 Inovasi dari 3.156 inovasi yang dari seluruh Indonesia.
"Kami sampaikan terima kasih pada pemerintah pusat yang telah memberikan apresiasi pada Banyuwangi Festival. Penghargaan ini merupakan buah kerja keras dan kreatif seluruh warga Banyuwangi yang selama ini bekerja sama menyelenggarakan berbagai event Banyuwangi Festival," katanya.
Banyuwangi Festival merupakan payung besar rangkaian event wisata daerah sepanjang tahun di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Dan setiap tahunnya, Banyuwangi Festival menghadirkan beragam atraksi seni-budaya, pesona alam, olahraga wisata, hingga tradisi lokal yang menginspirasi, serta tak ketinggalan kegiaran yang memupuk empati sosial.
"Event-event yang dirancang dalam Banyuwangi Festival tidak sekedar sebagai sarana menarik wisatawan, namun juga sebagai cara Banyuwangi untuk memajukan potensi dan kebudayaan daerah," ujar Yusuf.
Pada 2012, Banyuwangi Festival baru memiliki 10 event, dan meningkat di 2013 menjadi 15 event, 2014 23 event, 2015 36 event, 2017 72 event, 2018 77 event dan pada 2019 meningkat menjadi 99 event atau kegiatan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, Banyuwangi Festival digelar bukan hanya sekedar sebagai agenda wisata, namun juga mejadi cara Banyuwangi melakukan konsolidasi di bidang budaya, infrastruktur, masyarakat dan ekonomi.
"Berbagai event Banyuwangi Festival yang kami gelar, dikerjakan OPD yang ada di Banyuwangi secara kolaboratif bersama-sama masyarakat. Birokrat, masyarakat, pihak swasta hingga TNI/Polri terlibat si setiap pelaksanaan. Secara tak langsung akhirnya kami bergotong royong untuk menyukseskan event dan ini menjadi modal sosial yang kuat bagi Banyuwangi," kata Anas.
Banyuwangi Festival juga menjadi ajang konsolidasi infrastruktur daerah, misalnya pada pelaksanaan balap sepeda Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI).
"Balap sepeda ini menuntut jalan harus rata saat dilewati pembalap, yang secara tidak langsung memaksa kami melakukan konsolidasi infrastruktur fisik. Banyak hal baik dan bermanfaat yang kami dapatkan dalam menggarap event Banyuwangi Festival. Budaya kami juga terus tumbuh dan terpelihara karena separuh lebih adalah event tradisi dan budaya," paparnya.
Sedangkan di sisi masyarakat, pariwisata terbukti memberi dampak ekonomi positif. Pada 2010, pendapatan per kapita per tahun warga Banyuwangi hanya Rp20 juta, pada 2018 angkanya naik drastis menjadi Rp48 juta.
Sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara sepuluh tahun lalu hanya 12.500 orang, kini dalam setahun Banyuwangi didatangi setidaknya 127.000 wisatawan asing.
"Semua event Banyuwangi Festival pada ujungnya tujuan utamanya memang adalah mengerakkan perekonomian warga. Pemkab juga telah membuat Perda Banyuwangi Festival untuk menjamin keberlanjutan semua hal baik ini kedepannya," kata Bupati Banyuwangi dua periode itu.
Pemkab Banyuwangi selama sembilan tahun terakhir juga telah menerima apresiasi berupa dana alokasi khusus dari pemerintah pusat senilai Rp81 miliar. Seluruh dana digunakan untuk mendorong berbagai kegiatan guna mempertahankan dan mengembangkan kepariwisataan. (*)
Banyuwangi Festival sabet TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan RB
Selasa, 15 Oktober 2019 18:38 WIB