Kediri (ANTARA) - Kementerian Pertanian akan mengoptimalkan pemanfaatan rawa sebagai lahan pertanian, sehingga dapat membantu ketahanan pangan demi mencapai swasembada beras di Indonesia.
"Optimalisasi rawa adalah masa depan. Kan ada 10 juta hektare, target 500 ribu hektare dulu. Kalau ini kita bangun, 10 juta hektare bersama kepolisian, TNI, kita bisa beri makan penduduk Indonesia 10-20 tahun sampai 1 miliar orang. Jadi, Indonesia tidak perlu takut kekurangan pangan, kami sudah rancang," kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman saat berkunjung ke gudang beras Bulog Subdivre Kediri di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu.
Ia mengatakan saat ini untuk lahan pangan terdapat 7 juta hektare. Jika lahan rawa yang potensinya 10 juta hektare ditanami, maka hasil pertanian menjadi besar. Lahan 7 juta hektare hanya tanam sekali, untuk yang 10 juta hektare bisa tanam tiga kali, mengingat air selalu tersedia.
Baca juga: Di Kediri, Mentan Amran demonstrasikan mesin teknologi pertanian
Amran juga sudah mencoba melakukan uji lapangan terkait tanaman yang bisa bertahan dan bagus ditanam di areal rawa. Hal itu penting, mengingat tidak semua tanaman cocok. Misalnya, bibit dari Jawa yang mayoritas sistem airnya irigasi, sulit jika dipaksakan ditanam di daerah rawa.
Untuk itu, saat ini sudah ada beberapa varietas tanaman yang cocok ditanam di daerah rawa, misalnya varietas Inpara (inbrida padi rawa) yang ternyata hasilnya bagus.
"Kami cari bibit varietas cocok. Inpara kita dapat. Apa yang dilakukan, manajemen air, sirkulasi air, dapat dua teknologi. Apalagi umurnya padi di sana enam bulan, kami jadikan tiga bulan. Produksinya 6-8 ton, berarti tiga kali lipat, yang satu kali jadi tiga, petani sejahtera," kata dia.
Mentan Amran juga menegaskan, soal yang paling penting adalah kemauan untuk merealisasikan di lapangan, sehingga mimpi tersebut bisa terealisasi.
Baca juga: Mentan dorong penggunaan revolusi industri 4.0
Terkait beberapa daerah yang masih harus dioptimalkan untuk lahan rawa misalnya di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, hingga Sulawesi Tengah. Diharapkan, penggarapan itu bisa konsisten, sehingga 10 tahun mendatang lahan bisa digarap dengan selesai dan target 10 juta hektare bisa selesai.
"Ya kalau bisa 10 tahun selesai, kalau itu digarap konsisten. Petani harus jaman now, milenial. Semua pertanian modern, tanam pakai alat, jangan tradisional. Kenapa pemuda tani senang bertani, karena menggunakan teknologi modern, tanam pakai drone, pupuk pakai drone, pestisida. Kami ingin 5-10 tahun sejajar negara maju seperti Jepang," kata dia berharap.
Ia juga menambahkan, saat ini ekspor pertanian cukup baik, naik 9 juta ton. Saat 2014 ekspor pertanian 33 juta ton, namun saat ini 42,5 juta ton, naik 9 juta ton dengan nilai Rp400 triliun.