Kediri (ANTARA) - Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Kediri, Jawa Timur, menggandeng dokter dari RSUD Gambiran Kediri, mengenalkan penyakit thalasemia, penyakit kelainan darah, yang hingga kini belum ditemukan obat penyembuhnya.
"TP PKK Kota Kediri mengadakan kegiatan ini agar semua bertambah wawasannya, bertambah ilmunya menjadi mengerti tentang apa itu thalasemia," kata Ketua Tim Penggerak (PKK) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar di Kediri, Kamis.
PKK bekerja sama dengan Perhimpunan Orang tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) guna memberikan pengetahuan tentang penyakit tersebut.
"Acara ini sangat luar biasa. Ternyata banyak dari kami yang belum mengerti apa itu thalasemia berikut dengan segala risiko dan konsekuensinya," katanya.
Ia juga mengajak serta POPTI bisa bergabung dalam kegiatan yang digelar PKK guna memberikan edukasi kepada kader-kader PKK terutama tentang thalasemia sehingga betul-betul bisa sampai ke masyarakat.
"Kami imbau kepada warganya terutama untuk putra-putrinya yang belum menikah untuk melakukan screening thalasemia," kata Bunda Fey, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Dr. Renita Ita Damayanti, Sp.A dari RSUD Gambiran Kediri menjelaskan tentang thalasemia berikut gejala dan penanganan.
Ia mengatakan, thalasemia adalah penyakit kelainan darah, penyakit keturunan dan diturunkan namun bukan penyakit menular. Gejala dari penyakit tersebut pasien pucat, kadang tampak kuning, lemah, letih, lesu dan gampang pusing.
Untuk penyakit thalasemia, kata dia, dibagi menjadi tiga yaitu thalasemia mayor, thalasemia intermedia dan thalasemia minor.
"Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan thalasemia. Pengobatan dan penanganan yang bisa dilakukan yaitu dengan transfusi darah, pemberian obat kelasi besi, transplantasi sumsum tulang dan yang paling penting pendampingan psikologis dan mental kepada para penderita," kata dia.
Dalam kegiatan tersebut juga menghadirkan Dwi Candra Prasetyo salah satu anak penderita thalasemia yang saat ini menempuh pendidikan di sekolah swasta kejuruan di Kota Kediri. Ia berbagi kisah dan perjalanan hidupnya sebagai penderita thalasemia.
"Saya diketahui mengidap thalasemia sejak umur tiga tahun. Sering di-bully dari SD sampai sekarang, namun saya merasa istimewa karena orang-orang tidak bisa merasakan seperti kita," kata Dwi.
Acara tersebut berlangsung dengan lancar dan meriah, yang juga dihadiri sejumlah pejabat seperti Ketua DPRD Kota Kediri Kholifi Yunon, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima, Perwakilan dari Brigif 16 Wirayudha dan perwakilan PKK dari 46 kelurahan se-Kota Kediri.