Surabaya (ANTARA) - Sebanyak 25 anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta beserta Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat melakukan studi banding pengelolaan sampah mulai dari hulu sampai dengan proses akhir yang telah diterapkan Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin.
"Tentu ini menjadi pembelajaran bagi kami yang dari Jakarta dengan anggaran yang begitu besar masih harus belajar ke Surabaya. Bagaimana pengelolaan sampah yang baik, efektif dan efisien," kata Ketua Fraksi Nasdem DPRD Provinsi DKI Jakarta, Bestari Barus saat melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Surabaya.
Ia mengatakan bahwa banyak hal yang patut ditiru dari teknologi pengelolaan sampah yang telah diterapkan di Surabaya seperti halanya pengelolaan sampah yang murah dari hulu hingga akhir dengan anggaran terbatas.
Terlebih, lanjut dia, Pemkot Surabaya dinilai berhasil dalam mengedukasi masyarakat agar sadar tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan menurutnya, selama ini teknologi pengelolaan sampah di Surabaya telah dikelola dengan baik, walaupun dengan keterbatasan anggaran.
Namun dengan tangan dingin Wali Kota Risma, kata dia, Surabaya mampu menciptakan suatu hal yang baik, efektif dan efisien.
"Bu Risma saya kira sudah sangat baik sekali mengelolah wilayah ini dengan keterbatasan anggaran, mampu kemudian menciptakan taman hutan kota yang baik. Aparaturnya juga baik dan kooperatif," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan bahwa pengelolaan limbah sampah harus dilakukan dengan penanganan yang tepat. Oleh sebab itu, kata dia, Pemkot Surabaya menerapkan Perda Nomor 01 Tahun 2019, Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surabaya, Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya.
"Jadi sesuai dengan Perda kami, saya membentuk tim khusus sebagai payung hukum," kata Risma saat memulai paparannya.
Wali Kota menjelaskan tim khusus tersebut tidak hanya berasal dari teknik lingkungan, melainkan terdiri dari hukum, ekonomi, dan LSM. Bahkan pihaknya juga menggandeng Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bapennas). "Mereka yang mengawal dari proses lelang sampai dengan perhitungan," ujarnya.
Selain itu, kata dia, sebagai solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan limbah sampah, hal pertama yang dilakukan Pemkot Surabaya adalah membuat rumah-rumah Kompos. Saat ini, sebanyak 28 rumah kompos dibangun tersebar di wilayah Kota Surabaya. Hal tersebut memiliki berbagai tujuan di antaranya, untuk memperbaiki struktur tanah supaya dapat menyerap air dengan baik.
"Jadi dengan kompos mampu mengurangi permasalahan penyerapan air, karena dahulunya air di Kota Surabaya ini tidak dapat terserap dengan baik," katanya.
Di samping itu, pembuatan rumah kompos ini mampu menghasilkan sumber energi listrik yang dapat digunakan oleh warga sekitar TPA. Energi listrik yang keluar berbeda-beda mulai dari 2 kilo watt sampai 6 kilo watt, masing-masing tergantung kapasitasnya.
"Dari listrik tersebut lumayan dapat digunakan warga sekitar atau biasa saya gunakan untuk lampu taman-taman," katanya.
Namun di sisi lain, Wali Kota Risma juga memastikan telah melakukan penghematan untuk biaya operasional. Menurutnya, penghematan biaya operasional tersebut sangat dibutuhkan untuk memangkas pengeluaran. Sebanyak 50 persen terletak pada biaya angkutan (operasional).
"Mengapa sengaja buat dekat dengan perumahan, karena kalau jaraknya pendek maka akan mengurangi biaya angkutan kami, 50 persen itu dapat saya gunakan untuk membantu warga yang membutuhkan," katanya.
Kendati demikian, Risma memastikan bahwa angkutan pengambilan sampah itu juga terpantau dengan baik sehingga tidak ada warga yang komplain terkait keterlambatan pengambilan sampah yang ada di tengah pemukiman warga ini.
"Saya tahu betul tiap kali penjemputan sampah, semua wilayah dapat terpantau. Dari pukul berapa diambil, nama drivernya, nopol angkutannya semua sudah terekam, sehingga tidak ada satupun yang terlewatkan," katanya.
Keberhasilan pengelolaan sampah tersebut, terbukti dari grafik yang dipaparkan Wali Kota Risma di tahun 2019. Dengan jumlah penduduk yang kian meningkat, namun justru berbanding terbalik dengan masuknya sampah setiap harinya. Sebanyak 3,3 juta penduduk dengan 1.300 ton sampah setiap harinya.
Selain menerapkan pengelolaan sampah secara efektif dan efisien, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga mengajak seluruh warga untuk memilah sampah organik maupun non organik dari tingkat rumah tangga. Agar nantinya sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah difilter dari rumah warga masing-masing.
"Sampah organiknya mereka bisa gunakan untuk rumah kompos bisa untuk urban farming, kemudian sampah organiknya mereka jual setiap pekan. Mereka kumpulkan dan mereka jual," katanya. (*)
DPRD DKI Jakarta studi banding pengelolaan sampah di Surabaya
Senin, 29 Juli 2019 18:59 WIB
Tentu ini menjadi pembelajaran bagi kami yang dari Jakarta dengan anggaran yang begitu besar masih harus belajar ke Surabaya. Bagaimana pengelolaan sampah yang baik, efektif dan efisien