Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen menurunkan angka kematian bayi, salah satu langkah konkret yang ditempuh yakni dengan meluncurkan ambulans Neonatal Emergency Transport Service Surabaya (NETSS).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Surabaya Yohana Sussie E mengatakan keberadaan ambulans NETSS terbukti mampu menurunkan angka kematian bayi di Surabaya. Pada 2017, angka kematian bayi menacpai 5,11 permil. Sedangkan pada 2018, angkanya turun menjadi 5,04 permil.
"Artinya, bantuan ambulans ini sudah berhasil menurunkan angka kematian bayi dari tahun ke tahun. Sampai saat ini penurunannya mencapai 0,7 permil," katanya.
Menurut dia, fasilitas ambulans yang beroperasi sejak 2017 ini sangat lengkap. Di dalamnya terdapat inkubator untuk bayi, selang oksigen, lampu sorot, lemari obat dan peralatan medis. Ambulans ini juga didesain khusus meredam guncangan pada bayi selama di perjalanan. Sebab, untuk menangani kondisi darurat pada bayi, faktor eksternal seperti guncangan dan suhu lingkungan sangat berpengaruh.
Yohana mengatakan mayoritas penyebab kematian pada bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksi atau gangguan pernafasan usai lahir. Dia menambahkan, selama dioperasikan, ambulans ini sudah menangani 43 pasien bayi pada 2017. Sedangkan pada 2018, sudah menangani 30 pasien bayi. Untuk tahun 2019, hingga Mei, ambulans tersebut sudah menangani 7 pasien bayi.
"Kami bersyukur karena semua yang kami tangani semuanya selamat," katanya.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Dr. M. Soewandhie, Rinche Pangalila mengatakan, saat ini ambulans NETSS selalu stand by di RSUD Dr. M. Soewandhie. Dia memerinci peralatan apa saja yang ada di ambulans NETSS, di antaranya inkubator, ventilator, alat pacu jantung, serta peralatan dan obat untuk resusitasi bayi baru lahir, termasuk jackson rees dan T piece resusiator. Selain itu, ambulans ini juga dilengkapi dengan tenaga medis yang handal dan terlatih, untuk menangani kedaruratan pada bayi. Satu tim, terdiri dari supir, dokter dan perawat.
Terkait teknis pelayanan, Rinche menjelaskan, ketika terjadi proses kelahiran dan bayi membutuhkan tindakan lanjutan, maka bidan atau dokter yang menangani dapat menghubungi RSUD Dr. M. Soewandhie. Setelah itu, tim akan meminta dokter yang melapor tersebut untuk meresusitasi dan menstabilkan kondisi bayi, sebelum dijemput oleh ambulans NETSS.
"Tim NETSS juga akan memastikan dulu pasien bayi itu akan dipindahkan atau dirujuk ke rumah sakit mana? Jika itu sudah selesai semuanya, maka bayi itu akan dijemput dan diantarkan ke rumah sakit rujukan tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun alias gratis, karena ini semuanya ditanggung APBD Kota Surabaya," katanya.
Sementara itu, Kepala Staf Medis Fungsional Anak di RS Soewandhie, Radix Hardiyanto sangat mengapresiasi fasilitas ambulans ini. Sebab, dengan adanya ambulans ini, bayi yang mengalami kedaruratan bisa terbantu. Ia pun berkali-kali membuktikan fungsi dan kegunaan dari mobil ambulans itu.
"Ambulans itu luar biasa karena ada inkubator transport, jadi mampu menjaga suhu tubuh bayi tetap stabil. Itu juga ada ventilator transport yang dapat memberikan tindakan bantuan nafas selama perjalanan. Dan itu tidak dimiliki oleh rumah sakit lain," kata pria yang juga dokter spesialis anak ini. (ADV)
Advertorial
Ambulans NETSS, garda terdepan penanganan kedaruratan bayi di Surabaya
Kamis, 16 Mei 2019 8:38 WIB
Artinya, bantuan ambulans ini sudah berhasil menurunkan angka kematian bayi dari tahun ke tahun. Sampai saat ini penurunannya mencapai 0,7 permil