Jember (ANTARA) - Sebanyak 176 siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) baik negeri maupun swasta di Kabupaten Jember, Jawa Timur tidak hadir atau absen dalam mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) yang digelar serentak pada 22-25 April 2019.
"Untuk sementara data siswa SMP dan MTs yang tidak ikut ujian sebanyak 176 siswa dengan rincian 17 siswa sakit, 13 siswa tanpa keterangan, dan 146 mengundurkan diri tidak mengikuti UNBK karena berbagai faktor," kata Kepala Dinas Pendidikan Jember Edy Budi Susilo di Jember, Selasa.
Sebanyak 35.154 siswa SMP negeri/swasta dan MTs negeri/swasta di Kabupaten Jember mengikuti UNBK yang digelar serentak mulai Senin (22/4) hingga Kamis (25/4) dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA.
"Data siswa yang tidak hadir mengikuti UNBK belum semuanya dilaporkan Dispendik karena ada beberapa sekolah di sub rayon yang belum melaporkan, sehingga data itu masih belum final," tuturnya.
Edy mengatakan sebanyak 17 siswa yang sakit bisa mengikuti UNBK susulan, sedangkan untuk siswa yang tidak hadir tanpa ada keterangan akan ditelusuri pihak sekolah penyebab tidak hadirnya siswa tersebut dan apabila masih memungkinkan, maka pihak sekolah akan mendorong dan memotivasi siswa tersebut agar bersedia mengikuti UNBK susulan.
"Untuk siswa yang mengundurkan diri sebanyak 146 orang dan sebagian besar siswa yang tidak hadir itu mengundurkan diri sebagai peserta ujian nasional, setelah namanya ditetapkan sebagai daftar nominasi tetap peserta UN," katanya.
Beragam alasan siswa SMP dan MTs baik negeri maupun swasta di Jember yang mengundurkan diri di antaranya ikut bekerja orang tuanya ke luar kota, bekerja ke luar kota, masuk ke pondok pesantren, dan ada yang menikah atau dinikahkan orang tuanya sebelum mengikuti ujian nasional.
"Memang benar ada peserta yang mengundurkan diri karena menikah atau dinikahkan, padahal pihak sekolah terus memberikan motivasi dan dorongan agar siswa tersebut mengikuti ujian nasional dulu, sebelum memutuskan untuk berumah tangga di usia dini," ujarnya.
Edy mengaku prihatin masih adanya siswa SMP dan MTs di Jember yang menikah dini dan tidak melanjutkan sekolahnya, sehingga Dispendik Jember akan mendorong sekolah untuk memberikan pemahaman kepada orang tua siswa bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan anak-anaknya.
Sementara Kepala SMP Negeri 7 Jember Saiful Bahri mengatakan ada satu siswanya yang tidak mengikuti ujian nasional karena meninggal dunia, namun ada dua siswa di SMP swasta yang ikut sub rayonnya tidak mengikuti UNBK karena siswa tersebut tidak mau sekolah dan ikut orang tuanya bekerja ke luar kota.
"Saya prihatin ada siswa yang selalu mengurung diri di dalam kamar dan tidak mau sekolah, bahkan pihak sekolah membujuk siswa tersebut untuk ikut ujian nasional, namun siswa tersebut tetap tidak mau," katanya.