Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai keberadaan Pondok Sosial Kampung Anak Negeri merupakan salah satu contoh keberhasilan dalam upaya penanganan terhadap anak-anak jalanan di Kota Pahlawan, Jatim.
Tri Rismaharini di Surabaya, Jumat, mengatakan keberhasilan Kampung Anak Negeri yang berhasil mencetak sejumlah anak jalanan meraih berbagai prestasi baik di tingkat regional maupun nasional menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya di Surabaya.
"Tuhan tidak adil kalau hanya yang pintar dan yang kaya saja yang bisa berhasil dan sukses. Semua diberikan kesempatan yang sama untuk bisa berhasil dan sukses, siapapun orangnya dan darimana asal kedua orang tuanya. Asalkan orang itu tidak menyerah dengan keadaan dan mau bekerja keras, mereka pasti diberi jalan Tuhan," katanya.
Diketahui ada beberapa anak jalanan yang tinggal di Kampung Anak Negeri yang telah sukses di bidang olahraga seperti halnya Ari Mukti (14) pernah meraih juara satu pertandingan tinju kelas 38 kilogram, Kejurda Tinju Amatir Yunior Youth Se-Jawa Timur tahun 2017. ?Dari cabang silat, Muhammad Hasyim (14) pernah meraih juara satu tapak suci usia dini se-Kota Surabaya.
Begitu juga di cabang balap sepeda, Marfel Maulana (7) meraih juara tiga Kejuaraan Balap Sepeda MTB Piala Koni Kota Surabaya dan Luhur Aditya Prasoja (16) juga pernah meraih juara dua Kejuaraan Balap Sepeda Usia Dini Seri ke 3 Trophy Ketua ISSI Jawa Tengah.
Selain itu, prestasi lain juga ditunjukkan para mahasiswa penerima beasiswa pendidikan di Politeknik Penerbangan (Poltekbang) Surabaya, Politeknik Ubaya, serta perguruan tinggi negeri.
Begitu juga penerima beasiswa Pemkot Surabaya yang berkuliah di Poltekbang Surabaya nanti setelah lulus akan langsung bekerja sebagai Teknisi Pesawat Udara (TPU) di Lion Air. Demikian juga para penerima beasiswa Politeknik Ubaya, setelah lulus akan diterima di perusahaan-perusahaan yang menanti mereka.
"Mereka berasal dari keluarga tidak mampu, tapi mereka mau berubah. Mereka ingin mengubah nasibnya dengan belajar yang baik dan bekerja keras," katanya.
Menurut Risma, banyak kasus anak jalanan dan putus sekolah di Kota Surabaya berawal dari permasalahan keluarga yang hingga kini belum banyak disadari semua orang, khususnya orang tua.
Oleh sebab itu, kata dia, Pemkot Surabaya memiliki program Pendidikan Pranikah. Program ini agar masyarakat tidak meremehkan tentang pernikahan.
"Kalau ada masalah di keluarga, itu yang menjadi korban adalah anak-anak. Kasihan mereka, padahal mereka tidak tahu apa-apa. Jadi, banyak kasus yang sebetulnya awalnya dari keluarga," katanya.
Wali Kota Risma juga sering memberikan motivasi terhadap anak-anak jalanan dan putus sekolah hasil razia yang dilakukan petugas Satpol PP Surabaya. Terakhir, Risma memberikan motivasi kepada 46 anak jalanan dan putus sekolah di rumah dinasnya pada Kamis (14/2).
Pada saat itu, Risma mengimbau agar anak-anak sebagai penerus bangsa tidak merusak diri sendiri karena ke depannya dapat mengalami kesulitan. "Jadilah anak yang tegar, anak yang kuat mentalnya, seperti pohon kelapa yang tahan terhadap hembusan angin kencang," katanya.
Risma meminta anak-anak tersebut mencontoh kakak-kakaknya yang juga berasal dari keluarga tidak mampu yang mau mengubah nasibnya dengan belajar yang baik dan bekerja keras.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri Dinsos Surabaya Erni Lutfia sebelumnya mengatakan anak-anak yang tinggal di Kampung Anak Negeri memiliki berbagai latar belakang berbeda-beda mulai dari anak putus sekolah, anak jalanan, anak hasil penjangkauan hingga anak-anak hasil penertiban razia Satpol PP di jalanan.
Erni mengatakan saat ini Kampung Anak Negeri ditinggali sekitar 35 anak yang berusia rata-rata mulai dari 7 hingga 18 tahun. Sistem pembinaan yang diterapkan pun ada dua jenis yakni pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal, mereka bersekolah di SDN Kedung Baruk, SMPN 23 dan SMKN 10 Surabaya.
Kampung Anak Negeri, menurutnya, tidak pernah sepi dari aktivitas karena sejak pagi, mereka sudah diajak untuk shalat subuh berjamaah. Selanjutnya, bagi yang menempuh pendidikan formal akan diantar ke sekolah.
Ada juga pembinaan untuk keagamaan yang berkaitan dengan baca tulis Al-Quran setiap malam sehabis shalat maghrib. "Untuk malam harinya, usai shalat isya mereka kemudian belajar keterampilan minat dan bakat. Ada yang berlatih seni melukis, musik, olahraga tinju, balap sepeda, dan silat," katanya. (*)