Jakarta, (Antara) - Pemerintah telah mencanangkan pemanfaatan teknologi dalam sistem penjualan produk UKM di Indonesia. Sistem digitalisasi ini, dinilai sangat efektif dalam rangka meningkatkan kuantitas penjualan produk UKM, sekaligus sebagai peluang membuka kesempatan kerja bagi masyarakat luas.
Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha kecil Menengah (LLP-KUKM), Emilia Suhaimi, dalam sambutan pembukaan Program Edukasi KUKM : "Strategi Branding & Pemasaran Produk KUKM 2019, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah", yang bekerja sama Smesco Indonesia dengan CCBI (China Construction Bank Indonesia), di gedung Smesco Indonesia, Jakarta, Kamis.
"Melalui sistem ini, dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Karenanya, saya mengajak seluruh pelaku UKM untuk memanfaatkan potensi teknologi dalam menjual produk-produk unggulan UKM," ujar Emilia.
Pernyataan hampir sama disampaikan juga oleh Direktur Commercial & Retail Bangking CCB Indonesia, Setiawati Samahita. Dia mengatakan, potensi pasar lewat pemanfaatan teknologi digital, hingga saat ini masih sangat terbuka lebar.
Potensi ini, kata dia, semakin menjanjikan setelah pemerintah mencanangkan program digitalisasi penjualan bagi produk-produk yang dihasilkan para pelaku UKM di Indonesia.
"E-commerce" itu sudah menjadi "way of life". Dari traveling atau jalur transportasi dari satu titik ke titik lain di Jakarta, bahkan kuliner sudah bisa diakses melalui pasar digital.
Dia mengatakan, e-commerce merupakan solusi bisnis untuk meningkatkan promosi. "Jadi ini sebenarnya alat bantu jualan," tuturnya.
Setiawati menjelaskan, tujuan diselenggarakannya program edukasi CCB Indonesia ini, tidak lain untuk meningkatkan kapabilitas dan daya saing produk KUKM Indonesia. Kegiatan ini, kata dia, akan diadakan secara rutin setiap tahunnya.
"Khusus untuk tahun ini, kita ingin memasuki industri usaha level 4.0 (four point 0) di mana ke depan semuanya akan berdaya saing dengan sangat ketat. Karenanya produk UKM kita harus memiliki daya saing, tidak seperti sebelumnya, yang hanya membuat (memproduksi) tapi kemudian mati, lalu pindah haluan. Itu yang harus diubah," ujar Setiawati.
Karena itu, dia mengatakan, dengan program ini, ke depan harus dibuat strategi "branding" dan pemasaran. Sebab, ke depannya fungsi teknologi dinilai sangat penting bagi upaya memasarkan produk-produk UKM di Indonesia.
Hal yang sama disampaikan juga oleh Ibu Emilia, "Jadi bagaimana kita dapat memasarkan produk-produk UKM kita secara online. Bagaimana pula kita bisa mem-branding produk unggulan kita lewat pasar digital. Pemanfaatan ini oleh UKM kita belum dilakukan secara maksimal,".
Sehingga, menurut dia, saat ini diperlukan kerja sama dengan berbagai lembaga yg memiliki kepedulian tinggi terhadap UKM seperti CCBI dan dengan adanya program edukasi ini bisa dianggap sebagai proses peningkatan kapabilitas bagi para pelaku UKM binaan Smesco Indonesia.
"Inilah salah satu konsen kita saat ini. Makanya kami melakukan program seperti ini untuk dilakukan secara kontinyu kedepannya. Jadi, setelah mereka mendapatkan pengetahuan lalu dapat diterapkan dalam pemasaran produk mereka secara benar," ujarnya.
Sedangkan Direktur Commercial & Retail Bangking CCB Indonesia, Setiawati Samahita menyatakan bahwa pihaknya sangat menyadari pentingnya peran UKM sebagai pondasi kekuatan ekonomi kecil dan menengah serta penyumbang kontribusi positif bagi PDB indonesia.
Smesco sebagai lembaga yang sangat concern terhadap usaha kecil dan menengah, katanya, adalah partner yang cocok untuk bersama-sama meningkatkan prospek usaha kecil dan menengah yang bisa berdaya saing di industri.
Program edukasi ini di isi oleh Samuel Wattimena yang juga sebagai kurator utama produk UKM binaan Smesco, mengemukakan bahwa "Strategi branding" dan pegetahuan tentang Tren produk terdapat dua hal utama yaitu.
Pertama, bisa mengetahui kelemahan dan kekuatan produk kita. Kedua, adalah wajib memiliki konsep, dengan arti mampu melihat keinginan pasar dan bisa menciptakan trend yang bisa berdaya saing di Indonesia, ujarnya.
Ia menuturkan, UKM di Indonesia saat ini perlu dibranding, karena itu masih perlu "upgrading", tidak hanya dari sisi produk, tetapi juga sisi kapasitas pelaku usaha kecil dan menengah, di mana mereka mau tidak mau harus lebih mengenal serta memanfaatkan teknologi dalam melakukan strategi konsep produk dan juga pemasaran produk mereka agar lebih dikenal, tidak hanya pasar lokal, melainkan juga pasar regional.
"Nah CCB Indonesia 'concern' terhadap hal itu sesuai dengan semangat pemerintah Indonesia dalam memajukan sektor UKM. Sementara Smesco sebagai lembaga kepanjangan tangan pemerintah, memiliki akses untuk melakukan sinergi positif dalam memajukan UKM di Indonesia," ujar Setiawati.
Apalagi, lanjut Setiawati, karakter produk UKM di tahun 2019, cenderung yang bisa merangkul pasar milenial, di mana pada tahun 2019-2020 Indonesia mendapatkan bonus demografi mayoritas segmen usia milenial.(*)