Madiun (Antaranews Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun, Jawa Timur, mencatat wilayah setempat mengalami deflasi sebesar -0,12 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 131,09 pada bulan September tahun 2018.
"Terdapat bebarapa komoditas yang menghambat inflasi, sehingga Kota Madiun mengalami deflasi -0,12 persen," ujar Kepala BPS Kota Madiun Firman Bastian kepada wartawan, Jumat.
Adapun sejumlah komoditas yang menekan inflasi di antaranya, daging ayam, telur ayam ras, cabai rawit, dan beberapa jenis sayuran.
Ia menyatakan, Kota Madiun bukanlah daerah agraris maupun peternakan. Namun, dari strategi yang dijalankan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Madiun mampu menekan inflasi di daerah.
"Tim TPID Kota Madiun dapat menyiasati inflasi di beberapa komoditas dan hal itu cukup berhasil. Terbukti, sejumlah komoditas itu malah menghambat inflasi," kata Firman.
Sedangkan komoditas yang mendorong terjadinya inflasi di antaranya adalah naiknya biaya pendidikan. Di kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahaga angka inflasi mencapai 1,01 persen.
Terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, Fiman menilai hal itu tidak mempengaruhi daya beli masyarakat. Sebab, ketahanan pangan di Kota Madiun cukup stabil.
Pihaknya jutru memberikan "warning" pada triwulan akhir tahun mendatang. Dimana pada momentum hari Natal dan tahun baru biasanya akan terjadi lonjakan permintaan pada kelompok bahan pangan.
"Akhir tahun masyarakat pasti persiapan natal dan tahun baru. Otomatis permintaan meningkat. Kami harap stok barang mencukupi sehingga mampu menekan inflasi," tambahnya.
Data BPS mencatat, dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Jawa Timur, tiga daerah mengalami inflasi, dimana tertinggi adalah Kota Kediri 0,20 persen, Surabaya 0,15 persen, dan Sumenep 0,02 persen. Sedangkan lima daerah lainnya mengalami deflasi, yakni Jember -0,05 persen, Madiun -0,12 persen, Malang -0,31 persen. Lalu, Probolinggo -0,32 persen, dan Banyuwangi -0,49 persen.
Sementara, Provinsi Jawa Timur tercatat mengalami deflasi sebesar -0,01 persen. Sedang, secara nasional mengalami deflasi sebesar -0,18 persen. (*)