Surabaya (Antaranews Jatim) - Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VII Jawa Timur Prof Dr Soeprapto, DEA mengungkapkan di wilayah itu saat ini masih kekurangan guru besar karena baru memiliki sekitar 140 guru besar dari total 18.600 dosen.
"Jumlah itu tidak sampai satu persennya. Target kami satu persen saja dan itupun masih kurang sekitar 40 guru besar," kata Soeprapto saat seminar nasional "Percepatan Jabatan Akademik ke Guru Besar di Perguruan Tinggi" yang digelar Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Jawa Timur di Universitas Narotama Surabaya, Kamis.
Untuk itu sebanyak 1.400 Lektor Kepala di Jatim terus didorong untuk menjadi guru besar. LLDIKTI juga fokus pada para dosen yang sudah Lektor Kepala itu untuk segera terakselerasi dan ditargetkan tahun ini ada delapan guru besar meski sampai saat ini satu pun belum disetujui.
Dia menungkapkan dalam empat tahun terakhir, dari Jatim ada 23 orang yang mengajukan guru besar ke Jakarta. 10 di antaranya ditolak dan delapan lainnya diproses, sedangkan lima sudah disetujui.
"Beberapa kendala pengajuan guru besar antara lain adalah judul artikel yang dikirim tidak sama dengan yang terunggah, tidak memenuhi jurnal internasional bereputasi, serta jumlah jurnal internasional belum mencapai syarat yang ditentukan," ujar Soeprapto.
Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti, Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan di era revolusi industri 4.0 ini dosen memiliki ancaman baru, yaitu "artificial intelligence" atau kecerdasan buatan.
"Kalau tidak rajin menulis dan meneliti ya akan tergantikan begitu saja dengan robot," tuturnya.
Menurutnya dosen harus dilengkapi kompetensi agar tidak tergantikan oleh robot. Dosen juga harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan logis, komplikasi, dan melakukan kolaborasi dengan dosen yang ahli di bidang lain.
Kolaborasi dengan dosen yang ahli dari bidang lain juga mendukung persyaratan berupa publikasi jurnal internasional.
"Mengapa persyaratan guru besar adalah publikasi jurnal internasional, karena lebih empiris dan bisa dibuktikan serta digunakan dalam pengembangan Indonesia dengan lebih akurat," ujarnya.
Ali mengatakan jika semua dosen bahkan yang sudah bergelar guru besar terus menulis, maka akan dengan mudah meningkatkan daya saing bangsa dan bisa mengalahkan semua negara di Asia Tenggara.(*)
LLDikti VII: Jatim Masih Kekurangan Guru Besar
Kamis, 4 Oktober 2018 17:43 WIB
Beberapa kendala pengajuan guru besar antara lain adalah judul artikel yang dikirim tidak sama dengan yang terunggah, tidak memenuhi jurnal internasional bereputasi, serta jumlah jurnal internasional belum mencapai syarat yang ditentukan