Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro, Jawa Timur, Nurul Azizah mengatakan air Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro diduga sudah tercemar berbagai aneka limbah kiriman dari hulu.
"Pantauan kami pencemaran air Bengawan Solo di Bojonegoro akibat memperoleh kiriman berbagai aneka limbah dari hulu," kata dia di Bojonegoro, Rabu.
Ia memperkirakan di daerah hulu, Jawa Tengah, sering ada pembuangan berbagai aneka limbah ke Bengawan Solo hingga mengalir ke hilir, Jawa Timur.
"Kami sering menjumpai warna air Bengawan Solo mendadak keruh kecoklat-coklatan. Ya kemungkinan ada aliran limbah yang baru saja dibuang," ujarnya menegaskan.
Dari hasil uji laboratorium kualitas air Bengawan Solo di daerahnya yang dikeluarkan Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I Mojokerto 24 Mei 2018 menunjukkan berbagai parameter air Bengawan Solo di daerah setempat sudah di atas ambang batas ketentuan baku mutu.
Sesuai data untuk oksigen terlarut (DO) hasilnya 4,5 miligram O2/liter, sedangkan baku mutu sesuai ketentuan 4 miligram O2/liter. BOD 6,77 miligram/liter, sesuai ketentuan 3 miligram/liter dan COD 34,19 miligram/liter, sedangkan sesuai ketentuan 25 miligram/liter.
Selain itu, uji kualitas air juga dilakukan antara lain, kandungan Zat tersuspensi, Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Ammonia (NH3-N), minyak dan lemak, Tembaga, Krom, juga yang lainnya.
"Kamdungan lemak air Bengawan Solo cukup tinggi. Secara periodik kami selalu melakukan pemantauan kualitas air Bengawan Solo," ujarnya.
Ditanya mengenai dampaknya, ia mengaku belum tahu pasti, sebab kualitas air sungai terpanjang di Jawa di daerah hilir, Jawa Timur, untuk pertanian selain juga untuk kebutuhan air minum PDAM.
"Kami tidak bisa berbuat banyak, sebab munculnya pencemaran akibat pasokan berbagai aneka limbah dari hulu, Jawa Tengah," ucapnya.
Manajer UD Anugrah di Desa Besah, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro Anwar Achadin menjelaskan permasalahan yang dihadapi pengusaha pompa yang mengambil air dari Bengawan Solo untuk mengairi tanaman padi petani yaitu sampah dan pencemaran.
"Air yang disedot dengan pompa untuk irigasi pertanian warnanya coklat, ya kemungkinan berasal dari limbah tekstil dari hulu, Jawa tengah. Selain itu juga sampah sering menutup saluran pipa yang dimanfaatkan untuk menyedot air dari Bengawan Solo," kata dia menjelaskan.
Ditanya pengaruh adanya pencemaran, ia hanya memperkirakan ada dampaknya terhadap produksi tanaman padi yang memperoleh irigasi air Bengawan Solo.
"Saya kira mempengaruhi produksi tanaman padi," katanya.
Pihaknya dalam mengairi tanaman padi dengan mengambil air Bengawan Solo memanfaatkan tiga mesin pompa dengan luas areal tanaman padi 205 hektare. (*)