Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, akan mengambil sampel air Bengawan Solo di sejumlah lokasi untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi, Senin (19/11).
"Biasanya dalam melakukan pemeriksaan baku mutu air Bengawan Solo kami akan mengambil di empat lokasi, seperti Agustus lalu," kata Kepala DLH Pemkab Bojonegoro Nurul Azizah, di Bojonegoro, Minggu.
Ia menyatakan hal itu setelah menerima laporan dari masyarakat bahwa kondisi air sungai terpanjang di Jawa sekarang ini berwarna hitam dan berbau.
"Berdasarkan laporan yang kami terima dari masyarakat segera kami tindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan kualitas air dengan mengambil contoh air," ucapnya.
Pada Agustus lalu, pengambilan air Bengawan Solo di wilayah barat di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, di bawah jembatan Trucuk, di taman Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledok Wetan Kecamatan Kota dan di Kecamatan Baureno, yang masuk wilayah barat.
Dari hasil uji kualitas air yang dikeluarkan Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I Mojokerto, tertanggal 3 September 2018, disebutkan kadar "biological oxygen demand"/BOD 4,14 miligram/liter, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan 3 miligram/liter.
Perhitungan baku mutu untuk kualitas air kelas II mengacu Peraturan Daerah (Perda) No.02 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Untuk "chemical oxygen demand"/COD 24,50 miligram/liter, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan 25 militer/gram, minyak/lemak 1.500 miligram/liter, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan 1.000 miligram/liter dan oksigen terlarut (DO) 4,1 miligram/liter, baku mutu yang diperbolehkan 4 miligram/liter.
"Itu hasil baku mutu air di Payaman, Kecamatan Ngraho. Hasil di tiga lokasi lainnya ya kurang lebih baik kadar BOD maupun COD hasilnya sama yang mengindikasikan air Bengawan Solo sudah tercemar limbah, apalagi musim kemarau debit airnya sedikit," ucapnya menjelaskan.
Seorang warga di Bojonegoro Abdul Manan, menjelaskan air Bengawan Solo di lokasi Bendung Gerak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kota, berwarna hitam pekat dengan bau mirip comberan.
"Sama di desa kami air Bengawan Solo juga hitam dan berbau seperti comberan," kata seorang warga Desa Ledok Kulon, Kecamatan Kota, Muntoro.
Baik Abdul Manan maupun Muntoro, menduga air sungai terpanjang di Jawa di daerahnya sudah mengalami pencemaran berbagai aneka limbah.
"Ikan Bengawan Solo beberapa hari yang lalu banyak yang mabuk. Ketika dimasak, dimakan rasanya seperti mengandung minyak tanah," kata seorang penjual makanan khusus ikan Bengawan Solo di Bendung Gerak Ny. Wisnu menambahkan.
Namun, kata dia menambahkan, kalau berbagai aneka ikan dari perolehan para pemancing di sekitar lokasi Bendung Gerak, kalau dimasak tidak berbau minyak tanah. (*)