Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, tetap mewaspadai ancaman bencana pada musim peralihan yaitu hujan deras disertai angin kencang juga petir, yang kemungkinan terjadi selama April.
"Selama musim peralihan dari musim hujan ke kemarau bencana hujan deras disertai angin kencang juga petir masih terjadi sama dengan peralihan dari kemarau ke musim hujan," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Selasa.
Hanya saja, lanjut dia, hujan deras yang terjadi kemungkinan tidak sampai menimbulkan luapan Bengawan Solo, juga banjir bandang, sebab curah hujan selama April sudah menurun dibandingkan Maret.
Meski demikian, ia menginstruksikan tim penanggulangan di kecamatan juga desa tetap waspada, segera mengantisipasi kalau di wilayahnya terjadi bencana.
"Kami juga mengimbau masyarakat tetap waspada," ujarnya.
Namun, menurut dia, siaga darurat bencana dalam menghadapi bencana musim hujan yang diberlakukan sejak 1 Januari sudah berakhir pada 31 Maret.
"Siaga darurat bencana sudah berakhir dan sekarang masuk siaga transisi," kata dia.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosifika (BMKG) Karangploso, Malang, lanjut dia, musim kemarau di daerah dimulai akhir April.
"Saat ini masih musim peralihan, tetapi masih turun hujan. Tapi ntensitasnya menurun dibandingkan curah hujan selama Maret," ucapnya, menegaskan.
Menyusul setelah itu, lanjut dia, BPBD akan mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam menghadapi musim kemarau yang biasa terjadi di sejumlah desa yang selalu mengalami kesulitan air bersih.
Data di BPBD menyebutkan selama 1 Januari sampai Maret telah terjadi beberapa kali kejadian angin kencang yang mengakibatkan pohon roboh, namun tidak ada kejadian warga meninggal dunia atau menderita luka-luka akibat tersambar petir.
Pada 2017 terjadi 39 kali kejadian bencana angin kencang yang melanda 24 desa yang tersebar di 16 kecamatan dengan jumlah korban lima warga menderita luka-luka.
Dalam kejadian angin kencang yang mengakibatkan rumah juga bangunan lainnya roboh itu menimbulkan kerugian Rp827.350.000.
"Selama 2017 tercatat tiga warga meninggal dunia akibat disambar petir," tuturnya. (*)