Surabaya (Antaranews Jatim) - Legislator mendukung rencana Pemerintah Kota Surabaya yang akan memperbaiki 1.038 rumah tidak layak huni (RTLH) di sejumlah kawasan di Kota Pahlawan selama 2018.
Anggota Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya, Reni Astuti, di Surabaya, Selasa, mengatakan kuota perbaikan RTLH tersebut bisa diakses melalui usulan kelurahan yang bersumber dari usulan pengurus RT/RW.
"Juga melalui temuan anggota DPRD Surabaya saat reses atau laporan masyarakat," kata Reni.
Menurut dia, tahun ini kuota perbaikan rumah tidak layak huni mencapai 1.038 dan 1.000 untuk perbaikan jamban. Warga yang rumahnya akan diperbaiki harus sabar menunggu karena bergilir.
"Yang didahulukan yang mendesak," kata Reni.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya sempat mendatangi salah satu rumah ambruk yang dihuni Mbah Supenah, 58, janda 4 anak dan 1 cucu, di Dukuh Kupang Timur X-A/17, wilayah RT 2/RW VIII, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Senin (12/2).
Reni mengatakan kondisi rumah Mbak Supenah masuk kategori RTLH yang perlu mendapat bantuan perbaikan. Apalagi, lanjut dia, kondisi rumahnya sudah lapuk tidak pernah diperbaiki karena keterbatasan dana, lalu roboh saat terkena hujan dan angin.
Kepada Supenah, Reni menjelaskan bahwa dirinya sudah melaporkan ke Dinas Sosial (Dinsos) yang menjalankan program RTLH, Reni akan mengawal proses perbaikan rumah karena kondisi darurat dan status tanah memenuhi kriteria program. Sebelumnya, rumah Supenah tidak masuk usulan karena tidak terpantau.
"Syarat bedah rumah itu tanahnya tidak dalam sengketa. Kalau rumah Mbah Supenah ini lebarnya sekitar 4 meter dan panjangnya sekitar 15-an meter. Perbaikan menyesuaikan anggaran yang tersedia. Yang penting setelah diperbaiki bisa ditempati Mbah Supenah dan 4 anaknya berikut 1 cucu," kata politis PKS ini.
Usai melihat langsung kondisi rumah yang ambruk, Reni menyempatkan melihat kamar kos yang menjadi tempat tinggal sementara Supenah. Lokasinya ada di sisi Barat, bersebelahan persis dengan rumah yang ambruk.
"Biaya kos Rp450.000/bulan. Satu kamar di lantai dua ditempati anak dan cucu saya. Terkadang salah satu anak saya tidur di bawah (teras kos). Yang penting bisa buat taruh pakaian dan tidurnya anak serta cucu," katanya.
Reni memberikan bantuan uang kos selama sebulan untuk meringankan beban Supenah yang kesehariannya membuka warung kopi di teras rumahnya yang ambruk. Hasil warung cukup untuk makan sehari-hari.
Sementara itu, Supenah menuturkan rumahnya ambruk pada Jumat (9/2) pagi. "Rumah ini buatan tahun 1975. Saya tidak bisa bangun karena tidak ada biaya. Saya janda dengan 4 anak. Anak saya menganggur dan kalau kerja seadanya," kata Supenah.
Mbah Sepenah berharap agar rumahnya bisa segera diperbaiki dan ditempati sehingga tidak perlu lagi kos lagi.
"Pihak RW baru tahu tadi pagi (Senin12/2). Langsung dilaporkan ke LPMK, kelurahan. Juga dilaporkan ke Mas Yayan yang merupakan jamaah pengajian saya. Oleh Mas Yayan disampaikan ke Bu Reni dari DPRD," kata ketua RW VIII, Kelurahan Pakis Shulton.
Musholli selaku Kasi Pembangunan Kelurahan Pakis menambahkan, pihaknya sudah mendata dan mengambil foto kondisi rumah yang ambruk. Selanjutnya akan dikoordinasikan dengan Dinas Sosial. (*)