Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan Bengawan Solo di hilir Jatim masuk siaga banjir dengan ketinggian air 13,18 meter, Selasa pukul 06.00 WIB.
"Ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) itu masuk siaga I-hijau sejak Senin (8/1) pukul 21.00 WIB. Pemantauan ketinggian air Bengawan Solo tetap dilakukan tiga jam sekali, karena masih siaga I," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Menurut dia, kenaikan air Bengawan Solo di Bojonegoro dipengaruhi hujan lokal, karena ketinggian air di hulu Ngawi sudah surut.
"Kemarin hujan deras di wilayah Kecamatan Purwosari dan sekitarnya. Pemantauan ketinggian air Bengawan Solo dilakukan setiap jam kalau sudah masuk siaga III-merah," ujarnya.
Begitu pula, lanjut dia, di daerah hilirnya mulai Babat, Karanggeneng, Laren dan Kuro, semuanya di Lamongan, juga masuk siaga dalam waktu bersamaan masing-masing Babat 7, 45 meter (I-hijau), 5,08 meter (II-kuning), 3,95 meter (I-hijau), 1,95 meter (I-hijau).
"Kalau air laut tidak pasang, maka ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jatimakan cepat surut sepanjang hari ini tidak ada tambahan air hujan," ucapnya menegaskan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo, mewaspadai tanggul desa di sejumlah lokasi yang rawan jebol, antara lain, tanggul Kali Ingas di Kecamatan Kanor.
Di Kali Ingas air luapan Bengawan Solo rawan meluber ke persawahan yang terdapat tanaman padi siap panen di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno.
"Warga membuat igiran dengan memasang karung yang diisi tanah agar air luapan Bengawan Solo di Kali Ingas tidak meluber ke persawahan," kata Kepala Desa Temu, Kecamatan Kanor, Sentot Pranoto menambahkan.
Menurut dia, juga seorang warga di desanya Hadi, tanaman padi di desanya juga di sejumlah desa lainnya di Kecamatan Kanor dan Baureno, rata-rata panen sekitar sepekan lagi.
"Kalau kedahuluan banjir ya petani akan gagal panen," ujar Hadi.
Meski demikian, kata dia, banyak petani di desanya yang ikut program asuransi usaha tanam padi (AUTP) dengan membayar Rp40 ribu/hektare.
"Tanaman padi keluarga kami sekitar 4 hektare diikutkan asuransi. Kalau gagal panen akan dapat klaim asuransi," katanya menambahkan. (*)