Pacitan (Antara Jatim) - Sebanyak 760 siswa SMP Negeri 1 Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Selasa mengikuti ujian akhir semester di kelas darurat menggunakan fasilitas ruang dua masjid jamik setempat karena sekolah mereka rusak berat diterjang banjir bandang.
Kepala SMPN 1 Arjosari Tjatur Heri Subagyo mengatakan, pelaksanaan ujian
menggunakan kelas darurat terpaksa dilakukan agar tahapan dan jadwal
pendidikan tidak terganggu, serta mempertimbangkan peminjaman ruang oleh
pihak takmir untuk UAS siswa mereka.
Ujian digelar secara lesehan tanpa penyekat maupun pembagian antarkelas sehingga memungkinkan siswa mengerjakan soal seadanya dan saling bertukar jawaban.
Dua masjid yang digunakan adalah Masjid Jami' Bendo, Kecamatan Arjosari untuk UAS siswa kelas 8 dan 9 (sebanyak 512 siswa) dan Masjid Jami' Semo, Arjosari untuk pelaksanaan UAS siswa kelas 7 yang berjumlah 248 siswa.
"Alhamdulillah tingkat kehadiaran pada hari pertama pelaksanaan UAS kemarin mencapai 98,5 persen. Ada 11 siswa yang berhalangan hadir karena akses jembatan di kampungnya yang putus atau ikut mengungsi orang tua. Hari ini malah kehadiran 100 persen," katanya.
Pelaksanaan UAS dijadwalkan berlangsung hingga Senin (13/12), untuk semua mata pelajaran pendidikan di sekolah.
Menurut Tjatur Heri, seluruh sekolah baik jenjang SD dan SMP hingga setingkat SMA yang memiliki jadwal sama pelaksanaan UAS diimbau untuk tetap menggelar ujian semester meski sekolahnya terdampak bencana, dengan memanfaatkan ruang yang ada atau menggunakan kelas darurat seperti fasilitas masjid, balai desa hingga rumah-rumah warga.
"Jika jadwal ujian diundur nanti malah kegiatan belajar-mengajar siswa terganggu," ujarnya.
Soal pengawasan ujian, Tjatur mengatakan guru memberi kelonggaran. Para guru duduk menunggu di beberapa titik sambil memantau pelaksanaan ujian tanpa menegur meski siswa mengerjakan soal sambil bertukar jawaban.
"Kami harus maklum. Bagaimanapun bencana ini mengganggu kesiapan siswa dalam menghadapi ujian. Banyak buku pelajaran mereka yang hanyut terbawa banjir atau tertimbun longsor sehingga tidak bisa belajar," katanya.
Menurut pengakuan Tjatur, siswa yang kehilangan bahan buku pelajaran mencapai 80 persen.
Kasus serupa juga terjadi di seujmah sekolah termasuk tingkat SD yang membuat pelaksanaan ujian dilakukan secara alakadarnya.
"Kalau kemarin masih sempat belajar karena buku-buku masih selamat, saya taruh di tempat yang tinggi atas almari saat banjir masuk ke rumah," kata Irfan, siwa kelas 8 SMPN Arjosari. (*)