Jika anda berkunjung ke Pamekasan, kurang lengkap rasanya apabila belum mengetahui keberadaan sanggar seni yang fokus mendidik anak-anak usia sekolah tentang seni dan budaya tradisional Madura. Sebab, melalui sanggar inilah, seni dan budaya tradisional di Pulau Madura, bisa tetap lestari melalui pembinaan pada generasi muda.
"Sanggar Seni Makan Ati", demikian nama sanggar yang beramat di Kampung Nangger, Jalan Pintu Gerbang Gang VII Kelurahan Bugih, Kecamatan Kota, Pamekasan tersebut. Sanggar yang didirikan pada tahun 1998 ini sebenarnya merupakan sanggar yang sangat sederhana.
Setiap tiga kali seminggu, para siswa hanya latihan di sebuah bangunan kecil berukuran 3x6 meter yang awalnya sebuah "Kobhung" yakni menerima tamu dan juga tempat ibadah.
"Kami dan teman-teman pengurus sanggar terpanggil untuk mengajarkan seni dan budaya tradisional Madura kepada anak-anak usia sekolah, sebagai wujud tanggung jawab moral untuk melestarikan seni budaya warisan leluhur ini," ujar pelatih sanggar itu, Marsiono.
Awalnya, "Sanggar Seni Makan Ati" ini hanya untuk kalangan dewasa. "Jadi sejak dirikan pada 1998 pesertanya hanya dari kalangan dewasa, dan baru dua tahun terakhir ini, kami fokus pada pembinaan anak-anak usia sekolah," kata Marsiono, menuturkan.
Intensitas komunikasi dengan Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Pamekasan Yoyok R Effendi, dan kalangan jurnalis seni budaya Pamekasan yang selalu mendorong akan pentingnya regenerasi seni budaya tradisional warisan leluhur kepada generasi muda, menjadi penyemangat komunitas sanggar ini untuk melakukan pembinaan, meski tanpa perhatian pemerintah setempat.
Kini, sanggar yang membina seni musik tradisional, tari dan teater itu, akhirnya menjadi pusat pembinaan seni budaya tradisional anak dan baru pertama kali di Pamekasan.
Saat Antara mengunjungi sanggar seni ini, ada 12 anak usia sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMP sedang mengkuti latihan. Mereka diajari menabuh gamelan dengan gending-gending dasar, seperti Giro Kraton, Puspo Warno, Gending Kotek atau Hujan Angin, serta Gending Jalan-Jalan.
Meski kelompok ini bergerak mandiri, namun sejumlah prestasi selama ini telah berhasil diraih, antara lain masuk lima besar penyaji terbaik dalam kategori Paguyuban Peminat Seni Tradisi se-Jawa Timur tahun 2016, peraih juara 1 pada Pekan Seni Pelajar dalam kategori Sutradara Terbaik tahun 2014.
Terakhir, kelompok sanggar seni yang kini telah menjadi binaan Parfi Pamekasan tersebut dipercaya menjadi duta Polres Pamekasan dalam lomba musik patrol Polres se-Jawa Timur.
"Tahun ini kami bersama Parfi Pamekasan merencanakan menggelar 'Music Daul Carnival' dan 'Festival Talang Siring Beach' sebagai upaya untuk memperkenalkan potensi seni budaya tradisional kepada masyarakat luas," ungkap Marsiono. (*)
Video oleh: Abdul Aziz