Kediri (Antara Jatim) - Temuan penderita "Human immunodeficiency virus/ acquired immune deficiency syndrome" HIV/AIDS di Kota Kediri, Jawa Timur, sejak 2003 hingga April 2017 mencapai 910 orang dengan beragam profesinya.
"Temuan sudah meningkat dari tahun ke tahun. Temuan intensif sejak 2003 hingga kini sudah 910 orang, dimana pada 2017 ini sejak Januari hingga April mencapai 59 orang," kata Sekretaris KPAD Kota Kediri Suhartono di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, jumlah temuan pada 2017 juga cukup banyak. Salah satunya dipengaruhi dari partisipasi aktif para kader, seluruh satuan kerja, puskesmas, KPAD, hingga dari penderita sendiri.
Pemerintah membuka peluang untuk pemeriksaan dini HIV/AIDS yang bisa dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah, termasuk di puskesmas wilayah Kota Kediri.
Rata-rata, kata dia, saat ditemukan yang bersangkutan masih terdeteksi terkena HIV. Namun, jika yang bersangkutan mempunyai penyakit sertaan, sakitnya bisa tambah parah dan menjadi AIDS.
"Orang-orang tes kan tidak malu. Ini artinya tingkat kesadaran masyarakat besar dan informasi yang kami berikan ke masyarakat juga sampai," ujarnya.
Menurut dia, dari ratusan orang yang memeriksakan diri di klinik kesehatan dan terdeteksi terkena HIV/AIDS, dari beragam latar belakang atau profesi.
"Dari informasi yang kami terima, yang terbesar adalah pelanggan, wiraswasta. Bahkan, ibu rumah tangga juga besar, tapi secara angka dinas kesehatan yang mengerti," ujarnya.
Ia berharap, partisipasi aktif masyarakat dengan mewaspadai penyakit ini lebih meningkat. KPAD dengan seluruh elemen masyarakat juga menjalin kerjasama untuk mewaspadai penyebaran penyakit tersebut.
Hingga kini, obat untuk menyembuhkan penyakit ini belum ditemukan, yang ada hanyalah obat untuk membantu melambatkan pertumbuhan virus.
"Semakin dini ditemukan, nanti semakin besar segera ditangani," kata Suhartono.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kediri Rizal Amin mengemukakan jumlah temuan kasus di Kediri memang terus meningkat setiap tahun.
Usia mereka yang terkena HIV/AIDS juga beragam. Namun, mayoritas berusia produktif, yaitu 25-34 tahun. Sedangkan, kasus anak-anak, yang tertular dari ibundanya usianya antara 0-4 tahun.
"Mayoritas yang terkena usianya produktif. Kami terus intensif sosialisasi. Dengan semakin dini ditemukan, harapan untuk tidak menjadikan penyakit itu dari HIV ke AIDS juga bisa dicegah," tutur Rizal. (*)