Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah wali murid mengeluhkan program penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur "offline" atau non-daring sistem zonasi yang dinilai kurang sosialisasi dan tidak berpihak pada siswa yang memiliki kualitas akademik baik namun tidak berada pada "zona aman".
"Sistem ini merugikan bagi calon siswa yang secara demografi tidak berada pada jarak cukup dekat dengan sekolah manapun. Akibatnya, peluang lolos seleksi melalui jalur zonasi sangat kecil," tutur Karti, orang tua salah satu calon siswa peserta PPDB jalur zonasi di SMPN 2 Tulungagung, Senin.
Jarak rumah Karti yang berdomisili di Desa Serut, Kecamatan Boyolangu atau pinggiran bagian selatan Kota Tulungagung ini sebenarnya kurang hanya 1,5 kilometer dari SMPN 2 Tulungagung maupun SMPN 1 Tulungagung, dua sekolah favorit di daerah itu.
Namun karena pendaftar dari zona 1 yang sesui ketentuan ditetapkan pada radius 0-1 kilometer sudah melampaui kuota jalur zonasi yang ditetapkan sekolah (tembus 170 dari kuota jalur zonasi 128), Karti memilih mencabut berkas putranya untuk dicoba ke sekolah lain.
"Masalahnya tempat tinggal kami jauh dari sekolah manapun. Paling dekat ya dengan SMPN 1 dan SMPN 2 Tulungagung ini, tapi kalau kuota zona 1 saja sudah berlebih, zona 2 dan seterusnya tidak mungkin dapat kesempatan. Secara skor sudah kalah telak meski NUN (nilai ujian nasional) anak saya cukup baik," ujarnya.
Keluhan serupa diungkapkan beberapa wali murid lain, dengan dalih yang sama. Di SMPN 2 Tulungagung, panitia sudah lebih awal memberitahu bahwa kuota jalur zonasi untuk kategori zona 1 sudah berlebih sehingga pendaftar lain disarankan untuk mengalihkan pendaftaran.
"Sistem baru ini sangat merepotkan. Kami sesalkan karena sosialisasi tidak dilakukan sejak awal," ujarnya.
Senada, beberapa walli murid yang mendaftarkan anaknya di SMPN 1 Tulungagung mengatakan, selain daya tampung terbatas, akan banyak siswa yang kesulitan masuk di sekolah-sekolah unggulan maupun nonunggulan hanya karena faktor zonasi yang tidak menguntungkan bagi calon siswa.
Lokasi sekolah yang selama ini terpusat di wilayah kota membuat siswa tidak lagi memiliki kesempatan memilih.
"Belum lagi jika ada siswa yang jaraknya dekat dengan sekolah A namun tidak lolos karena pendaftar jauh lebih banyak dari kuota yang disediakan, sementara untuk mendaftar ke sekolah lain jarak atau zona sudah tidak masuk prioritas," kata Muhib, orang tua siswa yang mengantre jalur zonasi di SMPN 1 Tulungagung.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMPN 1 Tulungagung, Mustar mengatakan dalam PPDB offline ini membludak.
Ia mengatakan, di hari pendaftaran ada lebih dari 300 calon siswa yang mendaftarkan diri, baik melalui jalur zonasi, prestasi dan online.
"Hari kedua pendaftar akan terus bertambah. Untuk mengantisipasinya, khusus jalur zonasi kami melakukan seleksi cepat dengan penyeleksian sementara dengan memprioritaskan yang terdekat, yakni untuk jarak 0-1 kilometer," ujarnya.(*)
Wali Murid Keluhkan Pemberlakukan PPDB Jalur Zonasi
Senin, 12 Juni 2017 21:21 WIB
"Sistem ini merugikan bagi calon siswa yang secara demografi tidak berada pada jarak cukup dekat dengan sekolah manapun. Akibatnya, peluang lolos seleksi melalui jalur zonasi sangat kecil," tutur Karti, orang tua salah satu calon siswa peserta PPDB jalur zonasi di SMPN 2 Tulungagung, Senin.