Perjalanan ekspor kapal perang kedua sampai di Selat Makasar, dan melaju dengan tenang meski gelombang setinggi 2 hingga 3 meter serta hujan deras sempat menghadang laju kapal yang bernama BRP Davao Del Sur LD 602 saat melintasi Laut Jawa.
Mendekati pebatasan perairan Indonesia-Filipina, kapal yang mampu menampung tank, kendaraan tempur, dan mobil rumah sakit ini mendapat pengawalan ketat dari TNI Angkatan Laut.
Pengawalan dilakukan karena di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina dianggap belum aman, akibat adanya kelompok separatis Abu Sayyaf.
Tak mau mengambil risiko, sebelum perjalanan dimulai kedua negara Indonesia-Filipina sepakat mengamankan pelayaran ekspor kedua saat melintasi zona-zona rawan keselamatan.
"Sama seperti ekspor pertama yang juga dikawal TNI AL saat berada di teritorial NKRI, kemudian saat melintasi kawasan Filipina ekpor kapal perang dikawal oleh Angkatan Laut Filipina," kata Pimpinan Proyek SSV-2, Adenandra, yang ikut dalam perjalanan ke Manila.
Pengawalan TNI AL dilakukan oleh KRI Ajag dan KRI Sidat dengan membututi BRP Davao Del Sur, kemudian berjalan berdampingan di sisi kanan dan kiri kapal ketika memasuki perbatasan.
Sedangkan pengawalan Angkatan Laut Filipina dilakukan oleh kapal perang Ramon Alcaraz ditambah sebuah helikopter ketika memasuki perairan Tawi-tawi yang dianggap rawan karena sering terjadi pembajakan kapal niaga.
Pengawalan yang diberikan membuat sejumlah krew kapal yang dinahkodai Kapten Munif merasa tenang, sehingga tidak perlu khawatir saat melintasi kawasan rawan tersebut.
Salah satu penumpang yang juga berperan sebagai perawat kapal Idris mengaku sempat khawatir ketika melintas batas kedua negara, karena adanya pemberitaan mengenai penyanderaan atau pembajakan penumpang kapal saat melintasi wilayah perbatasan Indonesia-Filipina.
"Untung mas dikawal, seandainya tidak ada yang mengawal kita semua jadi khawatir," ucap Idris yang melihat pengawalan KRI Ajag beberapa kilo di belakang BRP Davao Del Sur LD 602.
Tiba di Manila
Usai melintas perbatasan kedua negara, pelayaran masih membutuhkan dua hari untuk sampai di Pelabuhan Manila dengan melintas perairan Filipina, dan Laut Cina Selatan.
Hingga pada Senin (8/5) pukul 11.00 waktu setempat, perjalanan ekspor kapal perang pesanan kedua pun sampai di negara pemesan Filipina, kemudian sejumlah anak buah kapal (ABK) melakukan penurunan atau lego jangkar.
"Alhamdulillah selama perjalanan tidak ada kendala berarti, dan tiba dengan selamat hari ini di Pelabuhan Manila," kata Kepala perjalanan eskpor kedua yang juga General Manager Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia Satriyo Bintoro.
Bintoro mengaku bersyukur atas tibanya kapal ekspor kedua di Pelabuhan Manila, dan tidak ada kendala berarti selama perjalanan.
Pimpinan Proyek SSV-2, Adenandra mengakui kinerja mesin dan beberapa kecanggihan kapal perang selama perjalanan telah diuji dengan baik.
"Kami selama perjalanan dari Surabaya ke Manila menggunakan kecepatan antara 14 knot hingga 15 knot, dan telah menguji beberapa teknologi, seperti balasting kapal," katanya.
Tidak adanya kendala mesin atau teknologi selama perjalanan diharapkan bisa membuat negara pemesan, Filipina memberikan apresiasi dan kembali memesan kapal ke galangan nasional.
Kedatangan kapal perang SSV-2 karya bangsa Indonesia di negara tetangga Filipina ini disambut antusias masyarakat Manila dengan melambai-lambaikan bendera kebangsaan mereka di sekitar pelabuhan.
Selain itu, kedatangan kapal yang sudah menjadi milik negara pemesan ini juga disambut dengan parade militer wilayah setempat.
"Ini sudah menjadi rutinitas mereka, setiap kapal perang yang baru saja datang ke Pelabuhan Manila akan disambut parade militer," kata Adenandra yang menjadi perwakilan PT PAL Indonesia dalam upacara parade tersebut.
Komandan Satuan Tugas Pengadaan Kapal SSV dari Filipina, Richard N Gonzaga mengapresiasi produk PT PAL Indonesia, karena telah merasakan kehandalan dan beberapa kecanggihan kapal selama perjalanan.
"Kami dari Filipina mengapresiasi dan sangat berterima kasih dengan produk PT PAL Indonesia, dan selama perjalanan kondisi cuaca juga cukup bagus," kata Gonzaga.
Perjalanan ekspor kedua kali ini, kata dia, sama seperti perjalanan pertama yang berjalan aman dan tidak mengalami kendala berarti.
"Kami akui ini merupakan perjalanan yang sangat bagus dari Surabaya ke Manila," kata Gonzaga yang sekaligus Komandan Kapal BRP Davao Del Sur LD 602.
Pejabat Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) Filipina, Bonifacio Manzano juga mengaku hal yang sama, dan secara umum operasional mesin kapal sangat bagus, sehingga tidak mengalami kendala berarti selama perjalanan.
"Secara umum tidak ada masalah untuk mesin kapal selama perjalanan, dan saya rasa sangat bagus mesin dan perjalanan ini, kata Manzano yang juga Palaksa Kapal BRP Davao Del Sur LD 602.
Sejarah Ekspor
Kapal BRP Davao Del Sur LD 602 merupakan kapal perang jenis SSV pesanan kedua Kementerian Pertahanan Filipina, dengan nilai total pembelian keduanya ke PT PAL Indonesia mencapai Rp1,1 triliun.
Ekspor dua kapal perang produksi PT PAL Indonesia ini diawali dari hasil kemenangan tender dan lelang Internasional yang diadakan Kementerian Pertahanan Filipina pada 2014 silam.
Saat itu, PT PAL Indonesia mengalahkan delapan negara salah satunya Korea Selatan yang dikenal sebagai salah satu negara produsen kapal hingga jet untuk perang.
Ekspor kapal perang pertama dilepas Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 8 mei 2016 silam, dan kini telah digunakan Kementerian Pertahanan Filipina untuk operasi militer dalam penanggulangan ganguan keamanan dan ketentraman di wilayah territorial negara tersebut.
Kapal SSV ini merupakan hasil inovasi atau alih teknologi dengan Korea Selatan, dan banyak digunakan pada operasi militer dan kemanusian tingkat Internasional, seperti Penyelamat MV Kudus di Somalia dan Pencarian Korban Air Asia QZ 8501.
Kehandalan dan kapabilitas kapal jenis ini selalu dilakukan melalui hasil pengecekan kualitas yang ketat dari tim kualitas dan tim klas llyod register serta tim represntasi Pemilik Kapal.(*)