Ada yang istimewa dalam acara penganugerahan penghargaan kepada 19 kabupaten literasi dari tujuh provinsi oleh Kemendikbud dan USAID PRIORITAS di Jakarta (20/3), yakni tampilnya dua sosok pegiat literasi yang "super" bernama Jannatin Alfifah dan Hamzah Haz.
Kedua pegiat literasi itu merupakan siswa Kelas IX dari SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur yang telah menghasilkan banyak karya dari kegiatan literasi di sekolahnya.
"Awalnya, kegiatan 'Morning Reading Mania' atau 'Morena' di sekolah tidak disambut dengan antusias oleh siswa, karena kami merasa 'dipaksa' untuk membaca buku dan harus menuliskannya dalam buku resume," kenang Jannatin, dalam surat elektronik dari USAID PRIORITAS yang diterima Antara (21/3).
Setiap pagi, Jannatin yang mengikuti program Morena sejak Kelas VII itu bersama seluruh temannya wajib membaca buku selama 15 menit, lalu menuliskan apa yang dibacanya di buku resume dan langkah terakhir adalah menuliskan ringkasan isi buku pada selembar kertas.
Sebulan pertama, Hamzah juga mengaku kegiatan tersebut sangat berat dilakukan, namun memasuki bulan kedua justru dirinya seperti ketagihan membaca buku.
Dalam seminggu, Hamzah mampu menyelesaikan 1-3 buku tergantung tebal tipisnya buku. "Bahkan kemana-mana, saya membawa buku. Istirahat pun saya langsung ke perpustakaan untuk meminjam buku," jelas Hamzah.
Dalam satu semester, Hamzah mampu menyelesaikan sekitar 45 buku. Sungguh angka yang menakjubkan untuk siswa dengan kondisi sekolah di pinggiran Kota Lumajang.
Mereka mengakui, kurangnya hiburan di kabupaten kecil seperti Lumajang, membuat banyak anak terjerumus ke pergaulan bebas, balapan liar, dan hal negatif lainnya.
Namun, Jannatin dan Hamzah sangat bersyukur, sejak sekolahnya menjadi mitra USAID PRIORITAS, maka banyak perkembangan yang terjadi di sekolahnya dan salah satunya adalah menerapkan budaya baca.
"Kami bersaing secara sehat menghabiskan setiap lembar buku. Siapa yang paling banyak membaca dan me-resume buku akan terpilih menjadi duta baca dan mendapatkan hadiah buku gratis dari sekolah," ungkap Hamzah yang bangga menjadi duta baca Morena.
Semenjak adanya program Morena, Jannatin dan teman-temannya jadi produktif menulis karya literasi, seperti cerpen dan puisi.
Jannatin, misalnya, ia telah menghasilkan puluhan karya cerpen, namun satu karya yang menurut Jannatin menjadi "masterpiece" (mahakarya) adalah karya berjudul "Bukti Cinta Ayah".
"Dulu, ayah selalu menyemangati saya untuk selalu berprestasi dan belajar segala hal, salah satunya belajar naik sepeda," ucapnya, bercerita.
Namun, saat Jannatin sudah bisa membuktikan kepada ayahnya bahwa dia bisa menduduki rangking pertama di sekolah dan mahir naik sepeda, ternyata ayahnya keburu meninggal dunia.
"Saya selalu sedih bila harus membaca cerita tersebut," ujar siswi yang berkat cerita tersebut menjadi juara "story telling" tingkat Kabupaten Lumajang.
Sangat Baik
Pada acara penganugerahan kabupaten literasi di Kemendikbud, Jakarta (20/3) itu, Jannatin dan Hamzah mewakili ribuan anak di Indonesia menceritakan aktivitas mereka sebagai pegiat literasi. Baik Jannatin maupun Hamzah sama-sama merasakan manfaat langsung dengan adanya budaya literasi di sekolahnya.
Bahkan sesampainya di rumah, baik Jannatin maupun Hamzah, mulai menularkan kegemarannya membaca pada saudaranya. "Saya sering pinjam buku-buku resep atau cerita novel untuk dibaca ibu atau kakak saya di rumah," terangnya.
Dalam kegiatan tersebut, Kabupaten Lumajang mendapatkan penghargaan literasi sebagai kabupaten dengan penilaian "sangat baik" kedua dalam pelaksanaan implementasi di kabupaten.
"Sejak dicanangkan sebagai kabupaten literasi, seluruh SKPD saling berkolaborasi melaksanakan literasi, bahkan implementasi literasi di Kabupaten Lumajang tidak hanya di sekolah, namun juga hingga tingkat kelurahan dengan didukung oleh PKK dan taman bacaan masyarakat di setiap kelurahan," kata Bupati Lumajang As'at, M.Ag, saat menerima anugerah itu.
Selain Lumajang, kabupaten lain di Jatim yang mendapatkan anugerah literasi adalah Kabupaten Blitar, Sidoarjo, dan Banyuwangi. Secara keseluruhan, ada 15 kabupaten/kota lainnya yang menerima penghargaan atas prestasinya membangun literasi di daerahnya.
Salah satu tujuan program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan membaca siswa dan mengembangkan budaya membaca di sekolah-sekolah, yang secara langsung untuk mendukung program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud.
USAID PRIORITAS juga mendukung sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa awal kelas. USAID memberi hibah lebih dari 8 juta buku bacaan berjenjang untuk lebih dari 13.000 SD/MI di provinsi mitra USAID PRIORITAS.
Tidak hanya itu, USAID PRIORITAS juga memberi pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan buku-buku tersebut.
"Kemampuan membaca adalah dasar dari pembelajaran. Dengan dasar yang kuat dari keterampilan membaca yang baik, maka siswa akan lebih siap untuk sukses ketika dewasa dan sebagai warga negara," tutur Direktur Kantor Pendidikan USAID, Peter Cronin.
Ia mengaku bangga dengan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kabupaten/Kota mitra USAID PRIORITAS yang membuat program literasi ini dapat berjalan baik.
"Bahkan, pemerintah kabupaten/kota mitra kami yang mempunyai dedikasi telah berkomitmen menganggarkan Rp213 miliar dari anggaran daerah untuk mendukung program literasi," tambah Peter Cronin.
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID yang telah melakukan pendampingan literasi kepada SD/MI dan SMP/MTs di tujuh provinsi sejak tahun 2013.
Melalui pendampingan tersebut, sekolah dapat mengimplementasikan program literasi secara menyeluruh. Tidak hanya itu, USAID PRIORITAS juga mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan APBD, memberlakukan regulasi, dan menciptakan inovasi yang mampu membuat program literasi berjalan cepat dan berkelanjutan.
"Anugerah Literasi Prioritas diberikan sebagai apresiasi Kemendikbud kepada Kabupaten/Kota mitra USAID PRIORITAS yang diharapkan menjadi motivasi agar Pemda untuk terus mengembangkan program-program literasi secara kreatif dan inovatif," tukas Hamid.(*)
Kisah Pegiat Literasi "Super" dari Lumajang
Selasa, 21 Maret 2017 15:23 WIB
Awalnya, kegiatan Morning Reading Mania atau Morena di sekolah tidak disambut dengan antusias oleh siswa, karena kami merasa 'dipaksa' untuk membaca buku dan harus menuliskannya dalam buku resume