Jakarta (ANTARA News) - Muhammadiyah menginventarisasi keahlian para pakar yang tersedia di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Indonesia menyusul terbentuknya Himpunan Ilmuwan Muhammadiyah (HIM), kata Ketua HIM Prof Dr Tono Saksono.
"Hanya melalui kerja sama semacam Himpunan Ilmuwan Muhammadiyah, organisasi Islam tertua ini bisa berperan penting dalam membangun Indonesia yang berkemajuan," kata Tono yang juga Kepala Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Jakarta, Sabtu.
Kongres Ilmuwan Muhammadiyah (KIM) pertama yang digelar pada Rabu (14/12) di Uhamka Jakarta telah membentuk HIM sebagai wadah silaturahim nasional ilmuwan Muhammadiyah di luar helatan besar Muktamar, ujarnya.
Menurut dia, untuk membangun peradaban Islam melalui pengembangan ilmu pengetahuan, Muhammadiyah dan PTM tidak mungkin terlalu mengharapkan bantuan pemerintah, karena energi pemerintah terkonsentrasi dalam mendongkrak kualitas perguruan tinggi negeri.
Tono mengatakan, ISRN Uhamka dibentuk awalnya sebagai hasil dari rekomendasi Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 2015 yang menugaskan agar PP Muhammadiyah segera membangun Kalender Islam Global (KIG).
"Dari sana ada pemikiran untuk membangun sebuah pusat riset yang lebih berkelanjutan. Lembaga penelitian yang terbentuk kemudian bernama ISRN. Ide awal tentang KIG tetap masuk di dalam tugas ISRN, dengan menambahkan kelompok keilmuan lainnya," katanya.
Kelompok itu meliputi Studi Islam; Astronomi, Astrofisika, dan Ilmu Ruang Angkasa; Ekonomi, Keuangan dan Kebijakan Publik; Energi dan Sumber Daya Alam; Ilmu Kehidupan dan Kesehatan; Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Strategi; Teknologi dan Rekayasa; Hukum, Sejarah dan Peradaban; Teknologi Informasi dan Komunikasi; Neurosains dan Jaringan Syaraf.
HIM yang strukturnya berada di bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memilih sembilan formatur HIM sesuai kelompok keilmuan tersebut dan Prof Tono Saksono terpilih menjadi Ketua HIM.
"Integrasi antara Alquran dengan sains selalu didambakan oleh ilmuwan Muslim akibat adanya pembangunan sains yang cenderung terpisah daripada pesan-pesan spiritual Alquran. Kami ingin adanya integrasi seperti yang telah dicapai oleh umat Islam pada abad pertengahan," katanya.
Inti integrasi antara Alquran dan sains sesungguhnya terletak pada kemandirian ilmuwan Muslim untuk melakukan inovasi teknologi moderen yang mandiri, bukan hanya sebagai pengekor sains dan teknologi modern dari ilmuwan sekuler dan mendikotomikan antara sains dan agama, ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat ini jumlah total mahasiswa di 172 Perguruan Tinggi Muhamadiyah (PTM) seluruh Indonesia mencapai 450 ribu, hanya sedikit di bawah California State University, Amerika Serikat, yang memiliki jumlah mahasiswa 460 ribu. (*)