Sumenep (Antara Jatim) - Pencanangan 2018 sebagai tahun kunjungan wisata oleh Pemkab Sumenep, Jawa Timur, mendapat respons positif dari warga dan elemen masyarakat.
Pengurus Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Madura Raya menyatakan objek destinasi wisata di Sumenep sebenarnya tak kalah dengan daerah lainnya.
Namun, fasilitas penunjang di objek destinasi wisata, utamanya yang belum dikelola oleh pemerintah daerah setempat, butuh pembenahan.
"Bahkan, hingga sekarang di objek destinasi wisata yang dikelola Pemkab Sumenep pun belum ada sarana penginapannya," kata Ketua Asidewi Madura Raya, Fadel Abu Aufa.
Ia menjelaskan, wisatawan asal luar Pulau Madura sering mengeluhkan belum tersedianya sarana penginapan di dua objek wisata alam yang dikelola pemerintah daerah.
Hingga sekarang terdapat tiga objek destinasi wisata yang dikelola oleh Pemkab Sumenep, yakni Pantai Lombang di Kecamatan Batang Batang, Pantai Slopeng di Dasuk, dan Museum dan Keraton Sumenep di Kota.
Keluhan tidak adanya sarana penginapan di objek destinasi wisata tersebut, salah satunya di Pantai Lombang, sebenarnya persoalan klasik.
Wisatawan asal luar Pulau Madura itu biasanya ingin menikmati suasana pantai pada pagi hari ketika matahari terbit dan senja ketika menjelang matahari terbenam.
Ia berharap Pemkab Sumenep mulai berpikir serius untuk mencari solusi supaya di objek destinasi wisata tersebut tersedia sarana penginapan.
Pembangunan sarana penginapan tidak harus dilakukan oleh pemerintah daerah, akan tetapi bisa dengan mendatangkan atau bekerja sama dengan investor (pihak ketiga).
"Pencanangan Tahun Kunjungan Wisata Sumenep 2018 harus benar-benar menjadi jembatan atau jalan baru untuk bersinergi dengan para pemangku kepentingan lainnya, termasuk kalangan swata," ujarnya.
Pengurus Asidewi berkomitmen untuk terus bersinergi dengan pihak terkait di pemerintah daerah guna mengembangkan kepariwisataan di Sumenep.
Sejak beberapa waktu lalu, pengurus Asidewi melakukan pendampingan kepada warga di sekitar objek destinasi wisata supaya mereka lebih "melek" wisata.
Mereka pun memiliki program percontohan desa wisata, yakni menyiapkan potensi dan sumber daya manusia di desa tertentu yang memiliki daya tarik wisata menjadi objek destinasi wisata alternatif.
Para pelaku wisata tersebut siap berpartisipasi aktif untuk mewujudkan dan menyukseskan Program Tahun Kunjungan Wisata Sumenep 2018.
Sejak beberapa waktu lalu, konsep Tahun Kunjungan Wisata Sumenep 2018 telah disiapkan oleh pihak terkait di pemerintah daerah, yakni dinas kebudayaan, pariwisata, pemuda, dan olahraga (disbudparpora).
Dalam konsep tersebut, pemerintah daerah melalui tahun kunjungan wisata 2018 ingin menjadikan Sumenep sebagai destinasi wisata unggulan, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, program tersebut diharapkan mampu mengembangkan destinasi wisata yang berdaya saing tinggi dan berkarakteristik lokal.
Pemkab Sumenep memetakan semua potensi dan objek destinasi wisatanya menjadi sembilan macam, yakni wisata alam, wisata religi, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, wisata minat khusus, wisata kesehatan, wisata kuliner, dan geowisata.
Data di Disbudparpora Sumenep, jumlah kunjungan wisatawan ke sejumlah objek destinasi wisata setempat pada 2014 hingga Oktober 2016 terus meningkat.
Pada 2014, jumlah wisatawan ke Sumenep sebanyak 544.245 wisatawan nusantara dan 378 wisatawan mancanegara.
Pada 2015 sebanyak 626.921 wisatawan nusantara dan 417 wisatawan mancanegara dan pada 2016 untuk sementara hingga Oktober sebanyak 673.873 wisatawan nusantara dan 1.034 wisatawan mancanegara.
Semangat Warga
Entah kebetulan atau tidak, sebagian warga Sumenep memiliki semangat dan peduli wisata pada tahun ini.
Mereka rela berkorban untuk mengemas potensi di desanya agar layak menjadi objek destinasi wisata.
Di Desa Bringsang, Pulau Giligenting, Kecamatan Giligenting, perangkat dan warga desa setempat bahu-membahu "mempercantik" salah satu kawasan pantai setempat yang saat ini dikenal sebagai Pantai Sembilan.
Sebelum akhir 2015 bisa dikatakan pantai di Desa Bringsang tersebut hanyalah pantai "biasa" dan merupakan lokasi parkir perahu nelayan maupun perahu penumpang reguler antarpulau di kawasan tersebut.
Saat ini, Pantai Sembilan yang memiliki cekungan pasir putih alami menyerupai atau membentuk angka sembilan (9) jika difoto dari atas (udara), telah menjadi objek destinasi wisata baru dan ramai dikunjungi wisatawan pada setiap akhir pekan.
"Pantai Sembilan mulai didatangi wisatawan sejak awal 2016. Mereka biasanya datang secara rombongan dan berada di Pantai Sembilan hingga sore untuk menunggu sekaligus melihat matahari terbenam," ujar Kepala Desa Bringsang, Moh Sutlan.
Kondisi yang terjadi pada awal 2016 itu menginspirasi Sutlan dan warganya untuk terus memperindah Pantai Sembilan.
Semula mereka membersihkan pantai tersebut setiap menjelang akhir pekan supaya bersih dari sampah.
Setelah itu, mereka membangun tiga gazebo beratap daun ilalang dan tempat duduk guna dimanfaatkan para wisatawan.
Animo wisatawan dinilai perangkat dan warga desa setempat meningkat dan selanjutnya mereka kembali membuat gazebo dan menyediakan payung beraneka warna di Pantai Sembilan.
Saat ini sudah terdapat sepuluh gazebo dan fasilitas kamar mandi sekaligus kamar bilas yang dibangun melalui dana desa.
Hal serupa menular kepada warga di Desa Banraas, Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, yang ingin melihat salah satu kawasan pantainya, yakni Pantai Ropet, menjadi objek destinasi wisata.
Mereka pun membersihkan dan menata Pantai Ropet menjadi lebih indah sekaligus membuat gazebo berbahan dasar bambu dengan atap dari daun ilalang.
"Kami ingin Pulau Giliyang memiliki objek destinasi wisata baru yang bisa dilihat oleh para wisatawan. Kalau kandungan oksigen hanya bisa dirasakan oleh wisatawan," kata warga Desa Banraas, Ahyak Ulumuddin.
Sejak beberapa tahun lalu, Pulau Giliyang yang memiliki kandungan oksigen lebih tinggi dibanding daerah lainnya di Indonesia maupun negara lain memang disiapkan oleh Pemkab Sumenep sebagai objek destinasi wisata kesehatan.
Pulau Giliyang memiliki banyak potensi wisata berupa objek destinasi wisata alam, selain kandungan oksigen yang lebih tinggi dibanding daerah lainnya.
Ahyak menyebut beberapa potensi di Pulau Giliyang yang layak dikembangkan dan perlu digarap untuk menjadi objek destinasi wisata, di antaranya Pantai Ropet, Batu Cangga, dan Goa Mahakarya.
Kepala Disbudparpora Sumenep, Sufiyanto mengapresiasi semangat peduli wisata yang ditunjukkan sejumlah warga setempat.
Dalam konteks pengembangan kepariwisataan, sikap warga bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi dan memperlama waktu kunjungan ke objek destinasi wisata tertentu.
Sejak beberapa waktu lalu, disbudparpora terus menggelorakan semangat sapta pesona pariwisata kepada warga di sekitar objek destinasi wisata.
"Terima kasih atas semangat dan kepedulian warga yang secara swadaya mempercantik potensi wisata di daerahnya," kata Sofi, sapaan Sufiyanto.
Ia menjelaskan, pihaknya akan berusaha agar sapta pesona pariwisata menjadi gerakan bersama di kalangan warga guna menyambut dan merealisasikan tahun kunjungan wisata 2018.
Sementara Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi menyatakan tahun kunjungan wisata 2018 merupakan program bersama yang harus disukseskan oleh warga setempat dan para pemangku kepentingan lainnya.
Tanpa keterlibatan warga dan pelaku pariwisata tentunya realisasi program tersebut akan terasa lebih berat bagi pemerintah daerah.
Ia pun meminta warga Sumenep terlibat dan melibatkan diri untuk menyukseskan program tahun kunjungan wisata 2018.
Pemerintah daerah akan bersikap terbuka atas masukan dan saran dari para pemangku kepentingan lainnya, termasuk wartawan, guna suksesnya tahun kunjungan wisata pada 2018.
"Kami pun terus berkomunikasi dengan kalangan swasta (pengusaha) untuk ikut mengembangkan objek destinasi wisata di Sumenep. Tentunya, kerja sama dengan pihak swasta itu harus tetap menguntungkan pemerintah daerah dan warga," kata Fauzi, menambahkan.
Beberapa waktu lalu, Pemkab Sumenep telah membentuk tim untuk memformulasikan teknis kegiatan pada tahun kunjungan wisata 2018.
Tim tersebut melibatkan elemen di luar pemerintah daerah, di antaranya seniman, budayawan, wartawan, dan pelaku wisata, dan dibagi menjadi enam kelompok kerja (pokja).
Personel di masing-masing pokja itu gabungan dari unsur pemerintah daerah dan elemen luar.
"Ini bentuk komitmen kami di pemerintah daerah untuk bersinergi dengan elemen luar guna menyukseskan tahun kunjungan wisata 2018," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Hadi Soetarto.
Semangat, kepedulian, dan keterlibatan warga tentunya bisa menjadi modal bagi Pemkab Sumenep untuk menyukseskan program tahun kunjungan wisata 2018.
Selanjutnya, harapan pemerintah daerah agar tahun kunjungan wisata 2018 mampu menjadikan Sumenep sebagai objek destinasi wisata unggulan, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bisa terwujud. Semoga! (*)