Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kota (DPUCKTR) Surabaya,
Jawa Timur, menyediakan ruangan "meeting point" bagi warga yang hendak
berkonsultasi seputar perizinan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPUCKTR Surabaya Ery Cahyadi di Surabaya, Jumat, mengatakan, kendati layanan perizinan di Surabaya dapat diakses secara daring (dalam jaringan) atau "online", namun pihaknya tetap memberikan ruang bagi warga yang hendak konsultasi.
"Terkait kecenderungan warga yang masih datang di `meeting point` di tengah fasilitas layanan `online`, kami menilai hal tersebut tidak lepas dari kultur masyarakat yang lebih puas kalau datang langsung," katanya.
Namun demikian, Ery menegaskan bahwa fungsi "meeting point" fokus pada konsultasi, bertanya atau berkeluh-kesah. Tidak ada pengajuan berkas perizinan di "meeting point".
Berkas pemohon tetap melalui unit pelayanan terpadu satu atap (UPTSA).
"Meeting point" di DPUCKTR Surabaya didesain dengan rasa kekinian. Warga dapat berbincang santai di salah satu sudut ruangan dengan konsep meja mundar.
Menurut Ery, desain ruangan sengaja dibuat sedemikian rupa dengan tujuan agar tidak ada batasan antara pemerintah dan warga.
Menurut dia, semangat transparansi juga sangat kental di "meeting point". Hal ini dapat dilihat dari pintu kaca transparan yang menjadi batas antara "meeting point" dan ruangan Ery.
Jadi warga dapat leluasa melihat kondisi ruangan Ery. Sebaliknya, mantan Cak Surabaya itu juga bisa leluasa memonitor kinerja anak buahnya dari ruangannya.
Pengawasan kinerja petugas di "meeting point" sangat ketat. CCTV terpasang di berbagai sudut ruangan. Semua gerak-gerik di ruangan seluas 40 meter persegi itu dapat terekam jelas.
"Kalau ada petugas kami yang dianggap mempersulit atau melakukan pungli, segera laporkan kepada kami. Kami sangat terbuka," katanya.
Mekanisme pelayanan di "meeting point", lanjut Ery, dilakukan secara jelas dan tertulis. Seluruh hasil konsultasi dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani semua pihak.
"Berita acara tersebut dapat dijadikan acuan pemohon izin sehingga tidak ada yang merasa di-pingpong," kata pria yang pernah menjabat Plt Kabag Bina Program ini. (*)
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPUCKTR Surabaya Ery Cahyadi di Surabaya, Jumat, mengatakan, kendati layanan perizinan di Surabaya dapat diakses secara daring (dalam jaringan) atau "online", namun pihaknya tetap memberikan ruang bagi warga yang hendak konsultasi.
"Terkait kecenderungan warga yang masih datang di `meeting point` di tengah fasilitas layanan `online`, kami menilai hal tersebut tidak lepas dari kultur masyarakat yang lebih puas kalau datang langsung," katanya.
Namun demikian, Ery menegaskan bahwa fungsi "meeting point" fokus pada konsultasi, bertanya atau berkeluh-kesah. Tidak ada pengajuan berkas perizinan di "meeting point".
Berkas pemohon tetap melalui unit pelayanan terpadu satu atap (UPTSA).
"Meeting point" di DPUCKTR Surabaya didesain dengan rasa kekinian. Warga dapat berbincang santai di salah satu sudut ruangan dengan konsep meja mundar.
Menurut Ery, desain ruangan sengaja dibuat sedemikian rupa dengan tujuan agar tidak ada batasan antara pemerintah dan warga.
Menurut dia, semangat transparansi juga sangat kental di "meeting point". Hal ini dapat dilihat dari pintu kaca transparan yang menjadi batas antara "meeting point" dan ruangan Ery.
Jadi warga dapat leluasa melihat kondisi ruangan Ery. Sebaliknya, mantan Cak Surabaya itu juga bisa leluasa memonitor kinerja anak buahnya dari ruangannya.
Pengawasan kinerja petugas di "meeting point" sangat ketat. CCTV terpasang di berbagai sudut ruangan. Semua gerak-gerik di ruangan seluas 40 meter persegi itu dapat terekam jelas.
"Kalau ada petugas kami yang dianggap mempersulit atau melakukan pungli, segera laporkan kepada kami. Kami sangat terbuka," katanya.
Mekanisme pelayanan di "meeting point", lanjut Ery, dilakukan secara jelas dan tertulis. Seluruh hasil konsultasi dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani semua pihak.
"Berita acara tersebut dapat dijadikan acuan pemohon izin sehingga tidak ada yang merasa di-pingpong," kata pria yang pernah menjabat Plt Kabag Bina Program ini. (*)