Jember (Antarajatim) - Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Senin, menggelar simulasi gempa bumi yang disertai kebakaran di gedung rektorat kampus setempat untuk mengantisipasi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Dalam skenarionya, gempa bumi dengan kekuatan 7,2 skala richter tersebut mengakibatkan gedung rektorat terbakar, tepatnya di lantai dua. Bahkan gempa juga memakan korban yakni dua karyawan terluka sehingga membutuhkan evakuasi dari lantai dua," kata Pembina Komunitas Relawan Kampus (Korrek) Joko Mulyono di Kampus Unej.
Kepanikan sempat melanda para karyawan, namun berkat kesigapan petugas Satuan Pengamanan (Satpam) yang bahu membahu dengan mahasiswa anggota sukarelawan, situasi dapat dikendalikan sehingga korban jiwa dapat diminimalkan.
Menurut dia, kegiatan bertema "Sosialisasi dan Simulasi Penyelamatan Bencana Alam Gempa Bumi dan Kebakaran Gedung" yang diadakan oleh Komunitas Relawan Kampus bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan SAR Nasional (Basarnas), serta Pemadam Kebakaran Jember.
"Kegiatan simulasi ini dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam yang bisa terjadi kapan saja," tuturnya.
Untuk simulasi gempa bumi dan kebakaran di Gedung Rektorat Unej tersebut melibatkan sebanyak 122 mahasiswa yang juga relawan Korrek karena mereka sudah mendapatkan berbagai pelatihan, dari evakuasi, kesehatan, hingga manajemen pengungsian.
Dalam kegiatan tersebut, lanjut dia, diawali dengan sosialisasi mengenai bencana dihadapan 200 peserta yang terdiri dari pimpinan dan karyawan Universitas Jember, khususnya yang bekerja di Gedung Rektorat dr R. Achmad.
Kemudian kegiatan diteruskan dengan simulasi bencana gempa bumi dan kebakaran, termasuk aksi evakuasi korban dari lantai dua Gedung Rektorat. "Ke depan, kami merencanakan untuk membentuk Unit Reaksi Cepat Bencana yang terdiri dari relawan Korrek, Satpam, Humas dan Unej Medical Center sebagai tulang punggung penanganan bencana di lingkungan kampus Tegalboto," katanya.
Sementara Rektor Universitas Jember M. Hasan mengapresiasi kegiatan yang dimotori oleh Korrek karena selama ini kegiatan simulasi yang dapat membangkitkan kewaspadaan terhadap bahaya bencana alam di kampus masih minim.
"Universitas Jember memiliki banyak gedung tinggi, bahkan tahun depan kita membangun lima gedung berlantai enam. Kesemuanya wajib diimbangi dengan kesiapsiagaan kita dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi kapan saja," tuturnya.
Ia berharap kegiatan simulasi seperti itu dilaksanakan secara rutin untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus mengasah kepekaan terhadap bencana alam karena hal tersebut pertama kali dilakukan, sehingga wajar di sana-sini masih banyak kekurangan.
"Termasuk banyak karyawan yang belum terlibat secara langsung, apalagi pengumuman simulasi memang sudah beredar beberapa hari sebelumnya sehingga banyak pihak yang tidak terkejut dengan simulasi itu," katanya.
Namun bukan tidak mungkin, simulasi yang akan datang dilakukan tanpa ada pemberitahuan lebih dahulu agar mendekati kenyataan, agar civitas akademika Unej waspada dan selalu siap menghadapi bencana alam yang terjadi sewaktu-waktu.(*)