Kediri (Antara Jatim) - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta agar direksi meninjau ulang rencana penutupan sejumlah pabrik gula di wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara X dan XI Jawa Timur
"Wacana penutupan ini memang sudah disampaikan direksi, tapi ini baru wacana. Kami harapkan penutupan ini ditinjau lagi," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APTRI Abdul Wachid di Kediri, Rabu.
Abdul yang ditemui di sela-sela pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) APTRI yang ada di lingkungan PTPN X, di Insumo Hotel, Kediri tersebut menilai alasan yang dikemukakan oleh direksi terkait dengan rencana penutupan itu ke depannya memang akan diarahkan Amalgamasi, penggabungan atau merger dengan pabrik lain. Namun, hal itu dinilai akan menyulitkan.
"Amalgamasi ini dari dulu sampai sekarang belum berhasil, misalnya di toelangan (PG Toelangan Sidoarjo) tutup, belum tentu petani di sekitar toelangan akan mau ke pabrik lain yang terdekat, dan justru mereka akan mengalihkan ke komoditas lain. Ini yang terjadi," jelasnya.
Pihaknya berharap, pejabat terakit mengkaji dulu terkait dengan rencana penutupan sejumlah pabrik gula. Saat ini, para petani sedang berjuang melalui asosiasi untuk meningkatkan tambahan tanaman tebu, sehingga diharapkan memenuhi kapasitas giling yang ditentukan.
Pria yang juga duduk di Komisi VI DPR RI ini juga mengaku didatangi sejumlah legislatif dan kepala daerah di Jatim. Mereka juga tidak menghendaki rencana penutupan pabrik gula tersebut.
"Mereka tidak menghendaki pabrik ditutup tapi diteruskan. Dan, saya sampaikan ke teman-teman DPRD harus membantu upaya tambahan bahan baku, Bupati saya mohon, ke Perhutani yang mana lahan tidak tertatani dialihkan ke tanaman tebu, meminta ke direksi agar konversi dari tanaman tahunan kurang produktif ke tebu dan ini akan mendorong memenuhi bahan baku untuk tidak ditutup," katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional PTPN X Tarsisius Sutaryanto mengatakan PTPN memang berencana akan "menidurkan" sejumlah pabrik gula. Hal itu dilatarbelakangi, salah satunya karena bahan baku yang tidak cukup.
"Idenya kami menyempitkan pabrik gula, karena bahan baku tidak cukup, jadi untuk sementara beberapa 'ditidurkan'. Karena ada batasnya pabrik gula, yang efektif bagus, 'utility' mesin bekerja 90-95 persen," katanya.
Pihaknya menambahkan, untuk saat ini yang sudah pasti ada Pabrik Gula Toelangan serta PG Watoetoelis di Sidoarjo. Selain itu, Pabrik Gula Rejosari, Kanigoro, dan Purwodadi di wilayah Madiun direcanakan juga akan ditutup.
Penutupan pabrik juga dilakukan di PG Mritjan Kediri, PG Gondang Baru di Klaten Jawa Tengah. Sementara di Situbondo, tiga pabrik gula yang akan ditutup adalah PG Pandji, PG Olean, dan PG Wringinanom.
Pihaknya mengatakan, rencana itu sebenarnya bukan tanpa pertimbangan. Pabrik gula bagus, jika HPP gula bersaing dan bagus. Walaupun kecil, tapi jika HPP bagus, tentunya akan bisa dipertahankan. Namun, jika tidak, ke depan akan sulit.
"Diharapkan ada akan terjadi efisiensi. Yang selama ini terjadi, rendemen sulit naik dan kapasitas belum terpenuhi," katanya.
Terkait dengan tenaga kerja yang sebelumnya bertugas di pabrik gula itu, ia mengatakan perusahaan pasti akan memikirkannya, namun dalam bentuk apa masih dirapatkan di internal. (*)