Maraknya pemberitaan Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo agaknya tidak hanya mengusik kajian secara hukum atau psikologi, namun juga pakar ekonomi.
Adalah Kapuslit LPPM UPN Veteran Yogyakarta Dr. Sri Suryaningsum yang menilai uang yang terkonsentrasi di suatu tempat sebagaimana yang terjadi di Probolinggo tidak bermanfaatkan karena tidak membawa dampak ekonomi di masyarakat.
"Uang dengan jumlah banyak yang mengumpul hanya di satu orang seperti yang terjadi di Probolinggo tidak akan membawa “multiplier effeck” ekonomi di masyarakat," kata dosen ekonomi di UPN Veteran Yogyakarta, di Yogyakarta (12/10).
Karena tidak ada “multiplier effeck”, menurut dia, tidak ada akan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas.
“Apalagi kalau uangnya 'ngendon' di bank malah tidak ada manfaatnya sama sekali untuk masyarakat,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada berbagai pihak yang merasa memiliki uang dalam jumlah besar seyogyanya tidak hanya disimpan.
Tapi, katanya, dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi sebagai usaha mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat luas.
Dengan adanya kegiatan pengembangan ekonomi di masyarakat, lanjut dia, lebih jauh juga ikut membangun Bangsa, sekaligus beribadah.
"Sepanjang niat dalam pengembangan ekonomi untuk ibadah maka berkahnya tidak hanya bagi diri kita sendiri, tapi juga masyarakat luas," ucapnya menegaskan.
Ia memberikan gambaran ketika uang dalam jumlah besar dibelanjakan untuk berbagai kegiatan ekonomi, misalnya, membangun hotel, maka akan membawa dampak ekonomi di masyarakat.
"Ada pekerja yang terlibat dalam pekerjaan membangun hotel yang memperoleh penghasilan. Perajin mebel juga memperolah pesanan," jelasnya.
Yang jelas, kata dia, secara prinsip kalau ada seseorang yang memiliki uang dalam jumlah besar harus disebar untuk dibelanjakan agar memberi manfaat kepada masyarakat.
Ia juga mengatakan keterlibatan seorang cendekiawan yang ikut mendukung Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo patut disayangkan. "Itu menunjukkan penalaran yang tidak jalan," ujarnya. (*)