Madiun (Antara Jatim) - Para petani di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meminta pemerintah daerah setempat untuk segera merealisasikan pembangunan Embung Kresek di Kecamatan Kare, yang sangat mereka butuhkan.
"Embung Kresek sangat dibutuhkan oleh petani untuk irigasi sawah di wilayah Kecamatan Wungu, Dangangan, dan sekitarnya. Selama ini petani selalu merugi akibat gagal panen saat musim kemarau. Karenanya, kami minta pembangunan embung itu segera dilakukan," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun, Suharno di Madiun, Sabtu.
Menurutnya, akibat tidak adanya sistem irigasi, lahan pertanian di Kecamatan Wungu dan Dagangan mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Pihaknya mencatat, dari sekitar 1.700 hektare lahan pertanian di Kecamatan Wungu dan Dagangan, sebanyak 60 persen di antaranya mengalami kekeringan dan terancam puso.
"Meski hujan masih tetap turun di musim kemarau saat ini, namun hal itu belum cukup memenuhi kebutuhan air untuk sawah para petani," kata Suharno.
Bahkan banyak petani yang tidak bercocok tanam akibat minimnya pasokan air. Mereka takut jika nekad bercocok tanam malah akan rugi karena gagal panen.
Banyak lahan pertanian di kedua wilayah kecamatan tersebut yang dibiarkan terbengkalai selama musim kemarau berlangsung. Karena itu, para petani meminta Pemkab Madiun, Perhutani KPH Madiun, dan pihak berwenang lainnya untuk segera mewujudkan pembangunan Embung Kresek.
Apalagi sesuai kabar, Pemkab Madiun saat ini sudah ancang-ancang untuk membangun embung tersebut. Sesuai rencana, Embung Kresek nantinya akan dibangun di Desa Bolo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Lokasi pembangunannya masuk di wilayah Perhutani KPH Madiun.
Seperti diketahui pembangunan Embung Kresek belum dapat dilakukan karena mengalami beberapa kendala. Pemkab Madiun sudah mengajukan rencana pembangunan Embung Kresek itu sejak tahun 2008 untuk mengurangi puso dan kekurangan air di Kecamatan Wungu, Dagangan, Kare, dan sebagaian Kecamatan Madiun. Waktu itu pengajuannya adalah Waduk Kresek di Desa Kresek, Kecamatan Wungu.
Namun dalam perjalanannya, pembangunan Waduk Kresek diubah menjadi Embung Kresek dan lokasinya juga dipindah ke Kecamatan Kare. Sebab, sesuai hasil penelitian Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), lokasi lama di Kresek, Wungu merupakan tanah resapan yang tidak cocok untuk pembangunan waduk.
Petani yang terlanjur mengharapkan pembangunan waduk merasa kecewa dengan perubahan waduk menjadi embung. Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Tirto Wilis sempat melakukan protes karena embung dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan petani di daerah Wungu, Dagangan, dan Kare saat musim kemarau.
Karena mendapat protes petani dan belum turunnya izin dari Perhutani, maka BBWSBS akhirnya memutuskan menunda pembangunan proyek Embung Kresek tersebut untuk dikaji ulang hingga saat ini. (*)