Bangkalan (Antara Jatim) - Penggemar sepada ontel (Onthelis) di Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Rabu, memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus di pinggir jalan raya, yakni di Jalan Cokroaminito Bangkalan.
Sebelum menggelar upacara, para penggemar sepeda ontel kuno ini, terlebih dahulu berkeliling kota Bangkalan dengan membawa bendera merah putih dan berpakaian seragam layaknya para pejuang tempo dulu.
"Sepeda ontel seperti yang kami gunakan ini, merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa ini, ketika memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan," kata Ketua Onthelis Bangkalan Jimhur Saros.
Momentum 17 Agustus ini, kata dia, merupakan momentum untuk mengingatkan kepada masyarakat Bangkalan secara khusus dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa perjuangan yang dilakukan para pahlawan bangsa tidaklah mudah.
Sepeda ontel merupakan satu-satunya alat transportasi yang banyak digunakan para pejuang.
Berbeda dengan upacara memperingati detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI yang digelar Pemkab Bangkalan, upacara bendera yang digelar kalangan penggemar sepeda ontel (Onthelis) Bangkalan itu lebih awal, yakni pada pukul 07.00 WIB.
Ketua Onthelis Bangkalan Jimhur Saros bertindak sebagai inspektur dalam upacara memperingati HUT Ke-71 Kemerdekaan RI itu.
Jimhur dalam amanhnya meminta, agar peringatan HUT Kemerdekaan RI yang biasa digelar setiap tanggal 17 Agustus itu tidak hanya dijadikan kegiatan formal belaka, tapi yang paling penting harus dihayati sebagai bentuk refleksi mengenang jasa pahlawan yang telah rela berkorban jiwa dan raga demi merebut Indonesia dari tangan penjajah.
"Kita memang tidak ikut berjuang di masa lalu, hanya doa yang mampu kita panjatkan untuk para arwah leluhur kita," katanya.
Jimhur Saros yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bangkalan ini lebih mengajak, agar kalangan generasi muda bangsa tetap semangat melanjutkan perjuangan para pendahulu bangsa ini, dengan mengisi kemerdekaan.
Yang perlu diwaspadai saat ini, menurut dia, adalah bentuk penjajahan gaya baru, dimana dampak negatifnya bisa lebih berbahaya dari bentuk penjajahan dulu.
"Yang sangat kita rasakan dan sudah nampak di depan mata adalah kasus narkoba. Ini salah satu jenis penjajahan gaya baru yang harus kita perangi bersama-sama," kata Jimhur.
Aktivis Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Bangkalan yang juga penggagas Provinsi Madura ini juga meminta, peran aktif semua pihak harus ditingkatkan, untuk memberantas berbagai jenis penjajahan gaya baru itu.
"Sebab, jika penjajahan gaya baru ini kita biarkan, maka kita hakikatkan tetap dalam penjajahan, kendatipun secara formal bangsa ini telah merdeka. Kita ingin kemerdekaan kita ini adalah kemerdekaan yang sejati, lahir dan batin," tegasnya. (*)