Kediri (Antara Jatim) - Suasana yang terik dan gerah tentunya sangat nikmat jika bersantap minuman dingin. Es dawet menjadi salah satu dari beragam minuman yang menyegarkan. Dawet merupakan minuman tradisional yang banyak dijumpai dise-antero Indonesia.
Beragam jenis dawet sering kita jumpai, misalnya dawet ireng, dawet banjar, dawet ponorogo. Namun, pernahkah Anda mencoba dawet telo?.
Biasanya, dawet dibuat dari adonan tepung yang dicampur dengan santan. Namun, di tangan Nuning Susilowati, dawet yang dikenal dengan warna hijau alami disulap menjadi dawet unik dengan warna menarik.
Berbahan baku ubi jalar, Nuning membuat penyuka minuman dawet semakin jatuh cinta. Nuning membuat minuman yang diolahnya lain ketimbang dawet lainnya.
"Bahan bakunya lebih banyak menggunakan ubi jalar dan bukan ekstrak tepung. Saya ingin membuat minuman yang saya olah punya cita rasa yang beda, lembut dan rasa ubi jalarnya tidak hilang," katanya.
Membuat minuman ini, kata dia, tidak sulit. Yang perlu disiapkan adalah bahan utamanya yaitu ubi jalar. Ia menggunakan ubi jalar yang warna ungu, sebab rasanya lebih legit dan enak.
Ubi dikukus hingga matang setelahnya diblender sampai halus dan dicampur dengan tepung. Ia biasa menggunakan tepung aren, agar rasanya lebih nikmat. Setelah dicampur, adonan itu dimasak hingga matang. Hasilnya, dawet yang dibuat pun juga berwarna ungu.
"Setelah masak lalu disaring dibuat menjadi lonjong kecil-kecil bentuk khas dawet," kata perempuan yang akrab disapa Bude Bi ini.
Selain menyiapkan dawet, Nuning yang juga berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di Kabupaten Kediri ini juga menyiapkan adonan gula serta santan. Untuk gula, biasanya dipilih gula kelapa, mengingat gula ini mempunyai rasa yang gurih. Guna menambah citarasa segar, ia memasukkan secuil daun jeruk.
"Setelah semua jadi, nanti dimasukkan santan agar lebih gurih dan es batu, sehingga rasanya segar," katanya.
Membuat usaha ini, kata dia, harus bermodal telaten. Ia biasanya sudah mulai menyiapkan untuk jualan pada malam hari, dengan mengukus ubi jalar. Porsi yang ia kukus, dipastikan harus bisa habis selama sehari, sebab jika tidak akan berpengaruh pada rasa.
"Semuanya harus fresh, sebab jika sampai sisa akan berpengaruh pada rasa. Jadi, buat adonan untuk sehari," ujarnya.
Usaha yang baru dirintisnya itu membuahkan hasil. Berbekal dengan gerobak sederhana depan rumah, di Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, ini setidaknya, dalam satu hari bisa menjual hingga 100 cup es dawet. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau, per cup hanya Rp4.000.
Selain es dawet, pemilik warung "Bilov" ini juga membuat jajanan lain yaitu pentol bakar. Makanan olahan tepung serta daging ayam ini juga laris manis diserbu para pelanggannya. Dalam sehari, biasanya membuat sekitar 3 kilogram pentol. Pembeli bisa memilih berbagai rasa seperti kacang, daging panggang, maupun pedas. Soal harga, lagi-lagi sebanding dengan rasanya, Rp5.000 per cup.
Di era serba canggih, ia pun memanfaatkan berbagai jejaring sosial untuk menawarkan dagangannya. Selain datang ke warung, ternyata banyak pesanan yang minta diantar ke rumah pemesan. Demi pelanggan, pesanan pun siap diantar ke tujuan.
Ia pun mengaku tidak risau dengan statusnya sebagai PNS, sebab untuk jualan bisa dilakukan di luar jam kerja. Bahkan, banyak rekan-rekannya yang kemudian menjadi langganan. Biasanya, berbagai pesanan ia kumpulkan dan suaminya yang menyiapkan, dan ia tinggal ambil saat jam istirahat kantor.
Bahkan, istri dari Bambang Suharianto ini dalam waktu dekat sudah mempunyai rencana untuk mengembangkan usahanya ini. Ia berharap, dengan pengembangan itu, bisa berbagi rejeki untuk warga lainnya, terlebih lagi yang belum bekerja.
"Saat ini masih survei lokasi. Harapannya bisa berkembang terus," harap Nuning. (*)