Bojonegoro (Antara Jatim) - Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Yogyakarta menyatakan Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, bisa dikembangkan sebagai desa wisata, dengan mengetengahkan produk unggulan kerajinan akar kayu jati.
Kepala Puslitbang LPPM UPNV Yogyakarta Dr.Sri Suryaningsum, di Bojonegoro, Jumat, mengatakan, Tim UPNV Yogyakarta, sudah melakukan survei dan penelitian di lokasi penghasil kerajinan akar kayu jati di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, pada 15 Maret.
Tim peneliti UPNVY yaitu Dra. Sri Kussujaniatun, M.Si., Dr. Teguh Kusmantoro Aji, M.P., Hari Kusuma Negara, M.Acc.,,Ak., C.A., langsung terjun ke lokasi penghasil akar kayu jati di desa setempat.
"Rencana Puslitbang LPPM UPNVY yaitu berusaha mengubah Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, dikembangkan sebagai desa wisata berbasis akar kayu jati dan pelestarian," ucapnya, menegaskan.
Menurut dia, konsep pengembangan desa setempat sebagai desa wisata, hampir sama dengan wisata "off road" di lokasi penambangan minyak tradisional di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan.
Ia memberikan gambaran bahwa adanya pengembangan lapangan sumur minyak tua menjadi desa wisata, maka para penambang tidak lagi menggantungkan dari menambang minyak mentah, tapi dari memperoleh penghasilan dari wisata.
Begitu pula, lanjut dia, pengembangan Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, sebagai desa wisata, juga bisa mencegah para perajin menjual berbagai aneka kerajinan kayu jati dalam jumlah banyak.
"Kerajinan akar kayu jati di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, dijual murah oleh perajin karena dikondisikan pembeli dari dalam dan luar negeri," jelas dia.
Oleh karena itu, menurut dia, para perajin akar kayu jati bekerja keras menghasilkan sebanyak-banyaknya akar kayu jati lokal, juga dari kawasan hutan lainnya, seperti akar kayu jati dari Caruban, Madiun, Nganjuk.
"Saat ini pengrajin ibarat tukang bekerja keras menghasilkan sebanyak-banyaknya akar jati dengan keuntungan sedikit. Padahal bahan bakunya butuh waktu lama sampai ratusan tahun untuk menanam pohon jati," paparnya.
Ia menambahkan penelitian Tim LPPM UPNVY dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), dan Paguyuban Jati Aji Bojonegoro.
"Dana tim peneliti LPPM UPNVY dari Kemenristek Dikti," ucapnya.
Data di Paguyuban Pengrajin Limbah Akar "Jati Aji" menyebutkan perajin di desa setempat yang jumlahnya 65 perajin mampu memenuhi pasar luar negeri, antara lain, Amerika Serikat, Australia, Korea, Taiwan, Malaysia, India, tapi melalui perantara.
Produk kerajinan akar jati, antara lain, berupa kursi bar, meja, juga berbagai cinderamata, dengan jumlah rata-rata sekitar 100 truk/bulan, dengan nilai lebih dari Rp3 miliar. (*)