Magetan (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus mendorong pelaku usaha kecil menengah (UKM) memiliki pasar global melalui program desa devisa yang diinisiasi oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
"Program ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena UKM Jawa Timur memiliki peluang yang besar untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional dan Global Value Chain (GVC)," ujar Gubernur Khofifah saat berkunjung ke perajin bambu UD Bambu Murni di Desa Ringinagung, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jumat.
Menurut dia, seluruh kepala daerah harus mampu mengidentifikasi dan menyisir potensi daerah yang bisa masuk pasar ekspor. Setelahnya, pemerintah daerah bisa fokus pada pemenuhan aspek kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi.
Pelaku UMK juga dituntut memperhatikan keunggulan produk dan mempersiapkan produk agar sesuai dengan tuntutan pasar domestik maupun global.
Khofifah mengatakan bahwa Jawa Timur mendapatkan kuota sebanyak 15 desa dari LPEI untuk menjadi desa devisa. Mengingat potensi Jawa Timur sangat besar, maka Ia mengusulkan kepada LPEI untuk menambah kuota menjadi 20 desa devisa.
"Sementara kita identifikasi mana yang kemungkinan bisa mendapatkan persetujuan untuk dijadikan desa devisa dalam prioritas bulan-bulan ini. Sehingga, itu kenapa di setiap kunjungan saya mencoba untuk melakukan identifikasi dan assesmen," katanya.
Pihaknya menilai semakin banyak yang berhasil diidentifikasi, maka semakin besar pula peluang yang bisa diambil untuk menemukan usulan desa devisa.
Di Kabupaten Magetan banyak terdapat pelaku UMK yang layak untuk diusulkan sebagai desa devisa. Seperti produk yang dihasilkan IKM Bambu Murni Desa Ringinagung dan Kopi Gunung Lawu jenis Liberica. Kedua potensi tersebut bisa disiapkan untuk bisa dilakukan assessmen oleh LPEI. Apalagi, potensi komoditas kopi dan marketnya cukup besar di dunia.
Kepada Bupati Magetan Suprawoto, Gubernur Khofifah berpesan agar segera mengidentifikasi produk-produk unggulan di Magetan lainnya, khususnya kopi jenis Liberica yang terletak di lereng Gunung Lawu .
"Beberapa hari yang lalu saya ke Madiun, kita menemukan kopi jenis excelsa dari lereng Gunung Wilis. Di Kabupaten Magetan ini selain pengrajin anyaman bambu ada potensi besar yaitu kopi dari lereng Gunung Lawu yang langka di dunia yakni Kopi Lereng Gunung Lawu jenis Liberica," pujinya.
Ia mengatakan kalau di lereng Gunung Wilis jenis kopinya excelsa yang juga sangat terbatas produksinya di dunia hanya 7 persen, sementara Kopi Liberica di lereng Gunung Lawu ini lebih terbatas lagi produksinya.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke UD Bambu Murni, Gubernur Khofifah juga melakukan dialog dengan para perajin. IKM Kerajinan Bambu tersebut berdiri sejak tahun 1980-an, dengan jumlah pekerja sebanyak 15 orang.
Hasil kerajinan anyaman yang diproduksi pun berbagai macam dari bambu jenis apus dan hitam. Di antaranya keranjang buah, keranjang susun, tempat lampu, bakul nasi, dan sebagainya. Produk-produk tersebut dikirimkan ke daerah-daerah yang ada di Jatim, Jateng, serta DIY.
Turut mendampingi Gubernur Khofifah dalam kunjungan tersebut Bupati Magetan Suprawoto, Forkopimda Kabupaten Magetan, dan beberapa Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim dan Pemkab Magetan.