Surabaya (Antara Jatim) - Sekitar 500 siswa gabungan dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tingkat SMP se-Surabayaaksi damai untuk menentang tindakan kekerasan teror dengan membawa tulisan-tulisan perlawanan terorisme.
"Tema yang kami usung adalah mengajarkan kepada para siswa tentang pembelajaran teroris, bahwa generasi muda tidak akan takut dengan segala ancaman teror. Ini merupakan aksi simpatik kami atas teror di kawasan Thamrin, Jakarta," kata koordinator lapangan aksi, Dikky Syadqomullah di depan gedung Grahadi Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan kegiatan aksi damai tersebut merupakan inisiatif dari 16 sekolah SMP Muhammadiyah se-Surabaya untuk menentang teror, karena selama ini ancaman teror dinilai hal yang besar, sehingga masyarakat ketakutan dengan adanya terorisme.
"Aksi simpatik ini merupakan dukungan terhadap para korban, kita juga ingin menunjukkan setelah kejadian ini masyarakat jangan sampai takut. Ketika rasa takut dari masyarakat muncul bisa mempengaruhi aspek lain, seperti ekonomi dan pariwisata," ujarnya yang juga menjadi guru di SMP Muhammadiyah 6 Surabaya.
Selain aksi damai melawan teroris, lanjutnya ada tiga faktor lain dalam aksi tersebut, di antaranya menuntut stasiun televisi nasional untuk memberikan tontonan berkualitas kepada masyarakat, melindungi kekerasan anak terhadap pada predator maupun pedofil dan mengajarkan keagamaan.
"Selama ini tayangan televisi sangat tidak mendidik, sehingga muncul keprihatinan atas mutu siaran yang bisa menjebak remaja dalam tindakan negatif karena adanya kesalahan informasi yang ditangkap pada tayangan-tayangan tersebut," paparnya.
Menurut dia, nantinya akan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memiliki cabang di masing-masing provinsi bisa tegas menindak lembaga penyiaran yang jelas-jelas menyiarkan materi yang tidak seharusnya.
"Banyak hal-hal negatif yang lolos penayangan. Kami di sini menggambarkan siaran yang bisa merusak mental siswa, apalagi siswa SMP masa pubernya masih tergolong tinggi, sehingga dengan mudah menerima segala informasi tanpa di filter," tuturnya.
Dalam tayangan stasiun televisi yang memiliki nilai-nilai pornografi, tambahnya juga akan mengancam keberadaan anak-anak karena dikhawatirkan bisa terjadi pada mereka, sehingga bisa menimbulkan depresi, gangguan stres pascatrauma, kegelisahan, cedera fisik untuk anak dan lainnya.
"Tidak hanya kekerasan seksual terhadap anak saja, kami juga melawan adanya kekerasan yang terjadi pada anak karena mayoritas pelaku dari kekerasan anak adalah orang-orang terdekatnya," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat selalu taat beragama untuk menghindari segala perbuatan negatif yang dinilai tidak sesuai kaidah Islam, apalagi sekarang ini muncul fenomena organisasi masyarakat yang mengatasnamakan agama.
Siswa SMP Muhammadiyah 2 Surabaya, Vinniq Rawina juga memberikan dukungan terkait aksi cinta damai Save Indonesia, agar dirinya beserta teman-temannya tidak ada ketakutan, jadi ada rasa aman dari bahaya takut ancaman bom. (*)