Sumenep (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep belum menerima laporan tentang adanya warga Pulau Masalembu yang diduga menderita demam berdarah dengue (DBD) dan dirawat di puskesmas setempat pada Januari ini.
"Pimpinan puskesmas biasanya memberikan laporan secara tertulis pada setiap akhir bulan. Namun, pada masa angin kencang biasanya yang terjadi di Masalembu adalah kasus malaria," kata Kepala Dinkes Sumenep, dr A Fatoni di Sumenep, Jawa Timur, Jumat.
Ia menjelaskan, saat ini, nyamuk "aedes aegypti" yang menyebabkan penyakit DBD tidak cocok berkembang di Pulau Masalembu, karena masih masa angin kencang.
"Kalau pun memang ada yang diduga kasus DBD, pasien harus dicek darahnya lebih dulu di laboratorium. Sekali lagi, untuk sementara kami memang belum menerima laporan dari pimpinan Puskesmas Masalembu tentang adanya kasus DBD pada Januari ini," ujarnya.
Saat ini, kata dia, setiap puskesmas di Sumenep memiliki seperangkat alat untuk pengasapan ("fogging") sebagai antisipasi adanya kasus DBD di wilayah kerjanya.
"Kalau ada pasien (warga) yang positif DBD, tentunya akan dilakukan pengasapan oleh jajaran kami. Pada 2015, memang ada temuan kasus DBD di Masalembu," ucapnya.
Fatoni juga mengemukakan, hingga sekarang Puskesmas Masalembu hanya memiliki 12 tempat tidur/ranjang pasien.
"Kalau pasien yang dirawat itu lebih dari 12 orang, tentunya akan ada yang dirawat di luar ruangan khusus pasien. Namun, kami pastikan setiap pasien tetap mendapat perawatan sebagaimana mestinya," katanya.
Sesuai informasi dari warga Masalembu, Daeng Albar, sekitar 20 pasien dirawat di puskemas setempat, dan diantaranya diduga menderita DBD.
Sumenep terdiri atas 27 kecamatan, dan sembilan di antaranya berada di wilayah kepulauan, yang salah satunya adalah Masalembu. (*)