Malang (Antara Jatim) - Polres Malang menegaskan sampai saat ini tidak ada razia atau "sweeping" kendaraan berplat (nomor polisi) L (Surabaya) di Malang raya seperti kabar yang beredar luas sejak Minggu (20/12).
"Sejak terjadinya peristiwa bentrok di Sragen, Jawa Tengah, akhir pekan lalu, tidak ada yang namanya 'sweeping' kendaraan plat L. Hanya saja, untuk saat ini kami imbau kendaraan berplat L atau W menghindari wilayah Kota Batu dulu karena saat ini ada konsentrasi massa Aremania yang mengantar jenazah Aremania Pujon yang meninggal dalam peristiwa bentrok itu ke peristirahan terakhirnya," kata Kasat Reskrim Polres Malang AKP Adam Purbantoro, mewakili Kapolres AKBP Yudo Nugroho di Malang, Senin.
Jika ada kendaraan plat L atau W yang akan ke Batu disarankan lewat Karanglo dan dari Karanglo langsung belok ke arah Karangploso. Di kawasan Karangploso sudah ada petugas kepolisian yang akan mengarahkannya.
Menyinggung langkah yang diambil kepolisian untuk pengamanan setelah terjadinya peristiwa di Sragen tersebut, Adam mengatakan selalu mengawal setiap pergerakan Aremania. Selain itu, titik-titik penggalangan dana untuk korban meninggal juga diawasi secara ketat oleh kepolisian.
"Pak Kapolres juga berpesan kepada seluruh masyarakat Malang agar tidak mudah terpancing dengan isu-isu yang ada di media sosial yang mengabarkan adanya sweeping kendaraan plat L dan W di wilayah Malang raya. Meski tidak ada sweeping, kami menurunkan sejumlah petugas untuk mengantisipasi segala kemungkinan," ujarnya.
Sementara itu, di sejumlah titik di wilayah Malang raya ada penggalangan dana untuk Aremania yang meninggal dunia usai dikeroyok oknum pendukung Surabaya United. Beberapa pemuda memakai kostum dan syal Arema, berdiri di pinggir jalan dengan membawa kotak kardus. Mereka menggalang dana sebagai bentuk solidaritas serta membantu meringankan beban keluarga almarhum.
Sebelumnya, Wali Kota Malang Moch Anton menyatakan bahwa Aremania adalah suporter yang cinta damai. "Saya sangat menyesalkan masih adanya oknum-oknum yang menodai mulai bangkitnya persepakbolaan di Tanah Air dan tidak perlu ada aksi kekerasan susulan, termasuk sweeping kendaraan, hargailah sportivitas dan kedamaian," katanya.
Anton berharap kejadian yang mengakibatkan dua korban jiwa itu ditangani secara hukum dan diusut hingga tuntas proses hukumnya. "Percayakan penye lesaiannya kepada aparat. Saya yakin dan percaya Aremania adalah suporter yang dewasa dan cinta damai. Oleh karena itu, jangan sampai terbawa emosi dan reaksi yang berlebihan," tuturnya.
Bentrok antarsuporter yang sama-sama akan menyaksikan pertandingan antara Arema versus Surabaya United di babak delapan besar yang digelar di Stadion Maguwiharjo Sleman mengakibatkan dua orang suporter Arema (Aremania) meninggal dunia, Sabtu (19/12). Peristiwa bentrokan tersebut terjadi di Sragen, Jawa Tengah, ketika rombongan Aremania sedang beristirahat dan sebagian menunaikan shalat Subuh, namun tiba-tiba diserang sekelompok suporter lain dengan jumlah lebih besar.
Atas peristiwa itu, dua orang ARemania meninggal, yakni Eko Prasetyo, warga Pujon dan Slamet, warga Blitar (Aremania Blitar).(*)