Tulungagung (Antara Jatim) - Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas mulai mengantisipasi dampak penurunan dasar aliran Kali Brantas yang mencapai 0,75 meter per tahun, yakni dengan membangun proteksi tebing serta "groundsill" atau konstruksi beton penahan sedimen agar tidak terus terseret arus hingga arah muara.
"Proyek ini lebih bertujuan untuk mencegah pendalaman pada dasar aliran anak Sungai Brantas atau hulu Sungai Brantas yang mengalami penurunan rata-rata sekitar 0,75 meter per tahun," terang pengawas proyek BBWS Brantas di Tulungagung, Sri Wahyudi, Rabu.
Pantauan Antara, sedikitnya ada tiga titik proyek proteksi tebing dan groundsill pada salah satu anak Sungai Brantas yang tengah dibangun oleh BBWS, yakni di Kali Ngrowo, Kedungwaru, serta Karangrejo.
Menurut Wahyudi, selain untuk normalisasi sungai, pembangunan proteksi tebing dan groundsill lebih dimaksudkan agar lapisan sedimen pada dasar sungai dari daerah hulu dan hilir tidak terus terseret arus hingga muara di aliran induk Sungai Brantas.
"Kalau dasar aliran anak sungai ikut turun, itu akan berpengaruh terhadap bangunan yang ada di sekitarnya. Sebab saat dasar sungai mengalami pendalaman, tanah di sekitar tebing sungai akan ikut bergerak yang menyebabkan kerusakan konstruksi di atasnya," terang Wahyudi.
Ia tidak menyebut volume keseluruhan proyek pembangunan proteksi tebing dan groundsill di seluruh wilayah BBWS Brantas.
Namun khusus di wilayah anakan Sungai Brantas yang ada di Tulungagung, paket pekerjaan yang digelontor menggunakan dana APBNP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2015 tersebut mencapai Rp18,78 miliar.
Di titik Kali Ngrowo proteksi tebing dan groundsill dibangun sepanjang 150-an meter berikut tiga konstruksi cekdam penahan lapisan sedimen, sementara di anak Sungai Brantas di wilayah Kedungwaru dan Karangrejo masing-masing sepanjang 100 meter dan 140 meter.
"Saat ini pekerjaan sudah mencapai sekitar 70 persen dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun anggaran," ujarnya.
Menurut Sri Wahyudi, ada dua penyebab utama pendalaman atau penurunan dasar sungai Brantas yang berimbas ke sejumlah anak sungai di sekitarnya.
Selain faktor aliran air saat banjir di musim hujan, aktivitas penambangan pasir secara masif menggunakan mekanik atau mesin diesel yang marak terjadi di sepanjang aliran Sungai Brantas dituding sebagai biang terus tergerusnya dasar Sungai Brantas hingga mencapai rata-rata 0,75 meter per tahun. (*)