Mungkin orang tidak banyak tahu dengan Kabupaten Jember yang berada di Provinsi Jawa Timur, namun mereka tentu tidak asing ketika mendengar "Jember Fashion Carnaval" (JFC) yang menjadi karnaval terbaik dan terheboh keempat di dunia.
"JFC merupakan bukti dahsyatnya karnaval sebagai 'city branding' dan dengan kegiatan JFC yang semakin eksis maka diharapkan Jember dikenal sebagai kota karnaval dunia semakin berkibar," ucap Presiden JFC Dynand Fariz yang juga putra daerah Jember itu.
Dengan otonomi daerah memungkinkan setiap kota/kabupaten menggali potensi yang dimiliki dengan tujuan meningkatkan kemakmuran daerahnya, sehingga masing-masing daerah harus memiliki keunggulan yang belum dimiliki oleh daerah lain.
"Karnaval busana dengan mengangkat tema budaya Nusantara dan tidak terlepas dengan tren dunia tidak dimiliki oleh daerah lain bahkan di dunia pun belum ada yang mengangkat potensi itu, sehingga JFC hadir untuk menyuguhkan kreatifitas yang spektakuler itu," tutur desainer peraih "Best Nasional Kostum Miss International 2014" itu.
Ya... JFC telah berhasil meraih peringkat empat dunia untuk karnaval terunik dan terheboh setelah Mardi Gras (Amerika Serikat), Rio De Jeneiro (Brazil), dan The Fastnacht (Koln, Jerman).
Siapa yang mengira JFC akan menjadi karnaval yang mengundang perhatian dunia karena sebenarnya konsep tersebut berawal dari rumah mode Dynand Fariz yang yang menyelenggarakan "Pekan Mode Dynand Fariz pada 2001" dengan mewajibkan seluruh karyawan harus berpakaian sesuai dengan trend fesyen dunia.
Akhirnya, ide pun berkembang dan setahun kemudian yakni pada tahun 2002, Pekan Mode Dynand Fariz digelar dengan cara berkeliling kampung dan alun-alun kota Jember. Dari acara tersebut muncul gagasan untuk menggelar Jember Fashion Carnaval yang direalisasikan bersamaan dengan HUT Kota Jember dengan tema busana Cowboy, Punk, dan Gypsi.
Tahun 2015, JFC sudah digelar 14 kalinya dan tema utama JFC ke-14 yakni "Outframe" yang menampilkan sebanyak 10 defile yang terinsiprasi dari budaya Nusantara dan budaya di dunia.Ke-10 defile dalam karnaval sepanjang 3,6 kilometer yakni defile Majapahit, Ikebana, Fossil, Parrot, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt, Melanesia dan Reog.
Setiap even JFC selalu ada defile dengan mengangkat budaya atau kesenian tradisional Indonesia sebagai bentuk promosi budaya Indonesia kepada dunia dan tentunya memiliki pesan kepada dunia internasional. "JFC ke-14 ini kami menghadirkan Kejayaan Kerajaan Majapahit dan kesenian tradisional Reog Ponorogo yang dikemas dalam busana dan seni yang luar biasa," tukasnya.
Yang menjadi pembeda dengan karnaval mode pada umumnya adalah busana yang digunakan oleh peserta JFC merupakan hasil rancangannya sendiri, dibuat dengan dana sendiri, dan diperagakan sendiri, sehingga masing-masing peserta harus berpikir kreatif untuk menciptakan busana yang unik dan spektakuler sesuai dengan tema defile.
"JFC merupakan even yang luar biasa dan memiliki kreatifitas yang cukup tinggi dalam menampilkan kostum setiap defile. Sangat luar biasa untuk dibidik kamera," kata salah seorang fotografer asing dari Singapura, Hans.
Baginya, beragam kostum yang mencerminkan sejumlah budaya Indonesia dan beberapa negara di dunia memiliki memiliki beragam warna yang sangat unik untuk diabadikan.
"Saya datang ke Jember hanya untuk berburu foto di JFC dan WACI karena sebelumnya saya tidak tahu kota Jember ini," tuturnya dalam Bahasa Inggris.
Decak kagum juga datang dari fotografer asal Malaysia, Hamni. Ia mengaku tertarik memotret busana yang digunakan para peserta JFC karena sangat unik yang memiliki perpaduan tradisional dengan modern.
"Jauh-jauh saya datang ke Jember ingin membidik para talent yang memperagakan kostum mereka yang luar biasa karena di Malaysia karnaval seperti ini masih belum ada," katanya dengan menggunakan bahasa Melayu.