Presiden Resmikan Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya
Jumat, 22 Mei 2015 13:51 WIB
Oleh Panca Hari Prabowo
Surabaya (Antara) - Presiden Joko Widodo Jumat pagi meresmikan revitalisasi alur pelayaran Barat Surabaya dan Terminal Teluk Lamong.
Dalam acara yang berlangsung di kawasan terminal Teluk Lamong, Surabaya tersebut, Presiden juga akan meninjau menara kontrol untuk melihat sistem pengelolaan peti kemas.
Pelindo III dalam keterangan persnya menjelaskan telah menyelesaikan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan pembangunan Terminal Teluk Lamong.
Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan dengan selesainya revitalisasi APBS dan pembangunan Terminal Teluk Lamong maka daya saing Indonesia sebagai negara maritim akan semakin meningkat. Selesainya dua proyek besar Pelindo III itu diharapkan dapat sebagai pemicu bangkitnya sektor maritim di Indonesia khususnya di bidang logistik dan kepelabuhanan.
Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) sendiri adalah akses masuk ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Akses ini berhasil direvitalisasi dengan cara diperdalam dan diperlebar.
Sebelumnya, APBS hanya memiliki kedalaman minus 9,5 meter Low Water Sping (LWS) dan lebar 100 meter. Kondisi ini mengakibatkan ukuran kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak menjadi terbatas. Pasca revitalisasi, APBS memiliki kedalaman hingga minus 13 meter LWS dan lebar 150 meter.
"Dulu APBS hanya bisa dilalui kapal-kapal berukuran 15 ribu deadweight tonnage (DWT). Pascarevitalisasi kapal-kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya bisa mencapai 80 ribu DWT," kata Djarwo.
Kondisi tersebut menurut Djarwo sangat menguntungkan, bukan hanya bagi Pelindo III tetapi juga bagi pelabuhan-pelabuhan dan industri yang ada di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak.
Bagi pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik misalnya, sebelum revitalisasi kapal-kapal mereka hanya mampu membawa fosfat 15 ribu ton. Kini, dengan alur yang memadai mereka dapat mendatangkan fosfat 60 hingga 80 ribu ton.
Tak hanya itu, kapal-kapal pengangkut peti kemas yang selama ini hanya mampu mengangkut muatan 1.500 TEUs kini dapat membawa 3.000 TEUs. Kondisi ini tentunya akan berdampak pada daya saing logistik nasional yang berpengaruh pada harga jual barang ke konsumen.
"Dengan kondisi APBS saat ini, memungkinkan Pelabuhan Tanjung Perak membuka jalur pelayaran langsung menuju Tiongkok maupun negara-negara lainnya. Selama ini kapal-kapal kita baru sampai Singapura,"lanjut Djarwo.
Tanjung Perak
Sementara itu untuk meningkatkan daya saing terminal, Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong. Terminal ini dibangun sebagai perluasan dari Pelabuhan Tanjung Perak sekaligus sebagai antisipasi terlampauinya atau over capacity di pelabuhan terbesar kedua di Indonesia itu.
Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief mengungkapkan Terminal Teluk Lamong tahap pertama memiliki luas sekitar 40 hektare terminal ini mulai dibangun sejak tahun 2010 lalu dan dinyatakan selesai pada tahun 2014.
Sedianya, terminal ini akan digunakan untuk melayani peti kemas domestik, peti kemas internasional, dan curah kering dengan standar pangan.
"Terminal Teluk Lamong tahap pertama ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan satu juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering akan siap tahun 2016 dengan kapasitas lima juta ton," jelas Husein.(*)